Ciptakan Tentara Super, Militer AS 'Curi' Otak Manusia

Ilustrasi tentara.
Sumber :
  • REUTERS/Kacper Pempel

VIVA.co.id – Amerika Serikat ingin menciptakan tentara super agar bisa melakukan operasi militer apapun di masa depan. Salah satu caranya adalah dengan "mencuri" otak manusia.

Departemen Pertahanan AS (Pentagon), melalui Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA), bahkan berani menggelontorkan anggaran sebesar 50 juta poundsterling (£38,7 juta/Rp857,8 miliar) agar dilakukan penelitian ilmiah tersebut.

Penelitian bertujuan membantu memahami otak manusia dengan lebih baik dan bagaimana memanipulasinya.

Pentagon ingin membuat pelatihan lebih efisien dan lebih mudah bagi rekrutannya sehingga personel dapat menangani tugas-tugas di masa depan dengan lebih baik.

Untuk itu, DARPA telah menugaskan penelitian ini ke delapan agensi ilmiah dalam program empat tahun yang disebut Targeted Neuroplasticity Training (TNT).

Pengelola Program TNT, Doug Weber, yang juga ahli Bioengineer, mengatakan bahwa pihaknya akan mencari personel untuk mengidentifikasi metode neurostimulasi yang aman.

"Pada dasarnya akan memungkinkan personel tersebut untuk mempelajari hal-hal baru dan membuat kenangan pada tingkat yang lebih cepat. Termasuk membantu personel mempelajari bahasa asing dan pelatihan senjata teknis yang lebih ketat," kata Weber, seperti dikutip situs Express, Kamis, 4 Mei 2017.

Menurutnya, Pentagon beroperasi di dunia yang kompleks dan saling terkait, di mana kemampuan manusia seperti berkomunikasi dan menganalisis sangatlah penting.

Perang China, Amerika Siagakan Pasukan Elite Pembunuh Osama bin Laden

Ilustrasi kecerdasan otak manusia

Ilustrasi kecerdasan otak manusia.

Ledakan Hantam Bandara Internasional Baghdad, Sehari Jelang Kedatangan Presiden Iran

"Tujuan DARPA dan TNT adalah untuk lebih meningkatkan metode pelatihan yang paling efektif, sehingga para personel, baik pria dan wanita, militer AS bisa beroperasi dengan potensi mereka yang sebenarnya," ungkap Weber.

Bagaimana cara kerjanya? Ia mengatakan masing-masing instansi yang terlibat dalam program ini akan mengirimkan pulsa elektrik ke sistem saraf manusia untuk melihat bagaimana berbagai efek saraf mempengaruhi proses belajar.

Laut China Selatan Memanas, Jenderal Perang Amerika dan Tiongkok Saling Kontak

Akan tetapi, harus dilihat apakah ini benar-benar bisa berhasil diraih. Sementara itu, peneliti dari University of Florida, Jennifer L Bizon, mengatakan, ada aplikasi klinis dengan program ini, namun sangat sedikit pemahaman mengapa otak bekerja.

"Kami akan melakukan sains sistematis untuk memahami bagaimana stimulasi ini benar-benar mendorong sirkuit otak, dan pada akhirnya, bagaimana memaksimalkan penggunaan pendekatan ini untuk meningkatkan kognisi (proses memperoleh pengetahuan)," jelas Bizon.

VIVA Militer: Pesawat tempur F-15 Eagle militer Amerika Serikat

Tak Hanya Israel, Pesawat Pembom Amerika Juga Ikut Gempur Suriah

Misinya adalah menghancurkan seluruh basis kelompok teroris ISIS.

img_title
VIVA.co.id
9 Desember 2024