Mengenal Mastodon, Alternatif Twitter

Platform Mastodon
Sumber :
  • www.engadget.com

VIVA.co.id – Dalam beberapa pekan terakhir ini media sosial yang terdengar baru kian populer. Media sosial yang dimaksud yaitu Mastodon. 

Heboh! Amanda Manopo Diduga Temani Arya Saloka Hadiri Busan International Film Festival 2024

Mastodon hadir dengan wujud dan wajah seperti Twitter. Namun sebenarnya, Mastodon bukan kloningan Twitter. Meski berbeda, platform media sosial ini memang memiliki fitur yang mirip dengan Twitter, tapi dengan penamaan yang berbeda.

Pendiri Mastodon, Eugen Rochko mengatakan, platform itu hadir untuk mengisi kegagalan Twitter, dalam membahagiakan penggunanya.

Ridwan Kamil: Saya Dulu Memang Pemarah, Twit Lawasnya Muncul Lagi

Dikutip dari Engadget, Sabtu 8 April 2017, antarmuka Mastodon mirip dengan Tweetdeck, tool Twitter yang membantu pengguna menavigasi akun mereka. 

Kemiripan Mastodon dengan Twitter yaitu memiliki linimasa vertikal, pengguna bisa me-retweet tapi namanya 'boost', fitur menyukai postingan berupa bintang, sedangkan pada Twitter berupa ikon hati. Untuk memosting status, di Twitter dinamai 'tweets', untuk di Mastodon dinamai 'toots'. 

Cuitan Lama Disorot, Pramono Anung: Twitter Era 2010 Itu Bercanda

Beda lainnya, Mastodon memiliki batasan 500 karakter lebih banyak dibanding Twitter dengan 140 karakter. 

Mastodon menawarkan hal lain yang lebih baik dari Twitter, yakni privasi. Pengguna Mastodon bisa menyembunyikan postingan privat dan fitur pribadi lainnya. 

Mastodon juga memiliki kebijakan khusus yakni tak boleh memosting seputar isu Nazi, rasisme, seksual, xenophobia, dan diskriminasi. Kebijakan ini dipandang bisa menekan potensi pelecehan dan kekerasan di media sosial. 

Rochko mengatakan, pada 2008 memang pengguna fanatik Twitter, tapi beberapa keputusan Twitter membuatnya meninggalkan Twitter. 

Keputusan Twitter mengubah Tweetdeck, menutup ekosistem aplikasi pihak ketiga, menambahkan iklan dan mengenalkan algoritma linimasa, menurut pendiri Mastodon itu, adalah langkah yang buruk. 

Rochko mengatakan, dia mendirikan Mastodon tidak hanya setengah-setengah, bukan sekadar sebagai media sosial alternatif. "Saya meyakini bagian penting dari Mastodon yaitu pergantian ideologi," kata dia. 

Mastodon bukan yang pertama muncul untuk menjadi alternatif media sosial. Sebelumnya telah muncul platform bernama Ello, Peach, App.net yang menawarkan sebagai pengganti media sosial yang sudah eksis. Namun platform tersebut kini tak muncul sebagai pengganti. 

Mastodon sejatinya sudah hadir sejak September tahun lalu, namun dalam beberapa pekan belakangan ini, platform itu sedang populer di mata pengguna internet dunia. Saat ini, pengguna Mastodon sudah mencapai 41.700, masih sangat jauh dari Twitter dan Facebook. 

Rochko mengatakan, platform yang ia dirikan berkembang belakangan ini lantaran kecewa dengan batasan-batasan yang ada di Twitter. Sementara itu, Mastodon melakukan banyak hal yang tidak bisa dilakukan Twitter. 

"Waktunya sudah cukup tepat. Orang tak senang dengan platform komersial terutama Twitter. Tapi, sampai sekarang mereka tidak melihat alternatif. Sekarang akhirnya ada satu (Mastodon)" kata dia. (art)    

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya