Google Digugat Agensi Iklan Terkait Youtube
- Viva.co.id/Agus Tri Haryanto
VIVA.co.id – Skandal iklan di Youtube kian memanas. Setelah pemerintah Inggris menarik semua iklan mereka, giliran perusahaan advertising terbesar di dunia, GroupM, yang telah ikut menarik beberapa proyek iklannya, mulai buka-bukaan.
Diketahui, pemerintah Inggris memang telah menarik seluruh iklannya yang ditayangkan di Youtube. Mereka menilai semua iklan tersebut disematkan oleh Google ke dalam konten-konten video yang dianggap berbau terorisme dan kekerasan. Secara tidak langsung, mereka menganggap Google “menutup mata” soal tayangan berbau terorisme di platform mereka.
GroupM, yang menyadari hal serupa, menyatakan bahwa kasus ini bukanlah hal baru. Mereka mengaku telah berdiskusi dengan Google sebelumnya untuk mengkurasi konten yang tidak sesuai dengan standar dan keamanan merek, milik klien GroupM.
Agensi iklan itu mengimbau kepada Google untuk menekankan beberapa hal terkait iklan di Youtube. Pertama adalah membuka akses ke semua platform untuk teknologi verifikasi iklan yang dimiliki pihak ketiga. Ini untuk mencegah adanya penipuan iklan dan menjaga keamanan merek.
Mereka juga meminta Google untuk menciptakan dan menekankan aturan dan pedoman yang lebih kuat untuk ketagorisasi dan kurasi konten.
Terakhir, merek mengharapkan Google melakukan demonetisasi terhadap keseluruhan konten video yang tidak bisa menjamin keamanan merek, terutama konten baru di Youtube.
Siapkan Platform Sendiri
Secara internal, GroupM yang berbasis di Malaysia ini tengah menggulirkan membahas rencana untuk menyediakan platform video mirip Youtube yang bisa menjadi alternatif bagi klien mereka. Platform buatan mereka itu, disebut-sebut, akan memiliki teknologi verifikasi iklan yang dikelola pihak ketiga, termasuk juga menggunakan teknologi lain untuk meminimalisir resiko keamanan merek, penipuan iklan dan rendahnya jumlah pengunjung terhadap iklan dari klien mereka.
Dijelaskan GroupM, tambahan keamanan yang dimaksud adalah menggunakan perangkat seperti Grapeshot untuk menghindar dari konten yang tidak aman. Mereka juga akan menggunakan algoritma untuk secara otomatis mendeteksi penipuan, menggunakan pihak ketiga juga untuk verifikasi jumlah kunjungan ke iklan, dan bekerja dengan publisher lokal.
"Ini merupakan pengembangan yang sangat perlu dalam roadmap evolusi iklan digital. Insiden ini secara tidak langsung akan membantu mempercepat adopsi ide-ide terbaik dalam industri. Ini memang krisis dalam dunia periklanan namun secara tidak langsung membantu mengarahkan perhatian semua orang. Kami yakin bisa membuat pemilik media digital untuk mengadopsi ide yang selama ini kita butuhkan," ujar Girish Menon, CEO dari GroupM Malaysia, yang dikutip dari Campaign Asia. (ren)