Nasib Media Cetak Sudah 'Senin-Kamis,' Tapi Masih Ada Celah
- VIVA.co.id/Mitra Angelia
VIVA.co.id – Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia atau ATSI menilai gempuran digitalisasi tidak akan mematikan “dunia printing” atau media cetak. ATSI, yakin dengan hal tersebut, sebab masih banyak manfaat dan kebutuhan akan media cetak.
"Dunia printing sudah ‘Senin-Kamis, hidup segan mati tak mau'. Tapi saya pelajari lagi, tidak demikian, ada celah yang harus kita manfaatkan, yang tentu saja kita tidak bisa mengabaikannya," ujar Ketua ATSI, Merza Fachys saat talkshow bertajuk 'Teknologi Digital Membuat Media (Cetak) Lebih Hidup' yang diselenggarakan Sinyal Magz di Kawasan Thamrin, Kamis 16 Maret 2017.
Merza mengungkapkan, menurut survei 2015 yang ia baca, 88 persen responden hasil survei menyebutkan masih mempercayai untuk belajar lebih baik pada media cetak dibanding melalui layar atau platform online. Kemudian, 71 persen responden survei itu menyatakan, lebih rileks membaca media cetak dibanding platform online.
"Inilah celah, kolaborasi digital dan printing," ujar Mirza.
Sementara itu, dari segi bisnis, hasil survei menunjukkan, 64 persen pemasang iklan masih belum meninggalkan media cetak, meski banyak juga yang memasang iklan pada platform online. Hal ini disebabkan, 60 persen dari konsumen masih menyisakan waktu untuk membaca iklan dibanding konten di media online.
Dengan alasan-alasan tersebut, kata Mirza, dunia media cetak masih eksis dan bisa bertahan dan hidup lebih baik lagi.
Selain itu, dia menuturkan, konten yang dicari pada media cetak lebih panjang dan menyajikan pembahasan dengan konten yang mendalam. Ha itu berbeda dengan platform online, yang tidak sedalam kupasan media cetak.
Namun, menurut Merza, media cetak harus menjadi jendela bagi media online, begitu sebaliknya media online juga harus menjadi jendela bagi media cetak. Tak luput juga dukungan dari para e-commerce yang memasarkan produk lewat keduanya. "Titik temu ini harus kita kawinkan," ujar dia. (ren)