Internet of Things Bikin Hacker Makin Leluasa Menyerang
VIVA.co.id – Meningkatnya penggunaan internet of things ternyata harus diwaspadai. Bisa jadi seluruh perangkat yang digunakan dan terkoneksi internet bisa menjadi sasaran empuk para hackers.
Dilansir melalui Telegraph, hacker mulai mencari cara untuk meretas smartphone, televisi pintar, sampai jam tangan untuk kesehatan. Perangkat itu bisa dikunci para hacker untuk kemudian memeras pemiliknya.
"Program berbahaya yang mengunci perangkat lalu memeras pemiliknya, biasa disebut ransomware. Mereka menargetkan pada konsumen pengguna gadget. Mereka akan diminta sejumlah uang agar perangkat dibuka dan seluruh data-data dikembalikan," tulis laporan yang merupakan hasil penelitian gabungan antara National Cyber Security Center (NCSC) dengan National Crime Agency (NCA).
Dijelaskan CEO NCSC, Ciara Martin, data yang dikunci dalam perangkat tersebut memang tidak berharga dan tidak bisa dijual namun bagi pemiliknya, data berupa foto, email, video da lainnya dianggap sangan penting. Ini yang membuat pemilik bersedia untuk membayar berapapun demi kembalinya data-data tersebut.
"Ransomware di perangkat jam tangan, fitness tracker dan TV akan menjadi tantangan tersendiri bagi manufaktur. Mereka harus bisa meyakinkan para pengguna bahwa perangkat itu aman dan mampu menyimpan data dengan baik," kata Martin.
Simpan di Cloud
Menurut analis, diprediksi pada 2020 ada sekitar 21 miliar perangkat yang terkoneksi internet. Perangkat itu digunakan oleh para pebisnis dan konsumen seluruh dunia.
"Meningkatnya perangkat yang terkoneksi internet memberikan kesempatan besar bagi peretas atau penjahat siber untuk melakukan serangan melalui berbagai sisi," jelas Martin.
Diakui Martin, dalam laporan tersebut, memang meretas perangkat pintar lebih sulit ketimbang menyerang laptop ataupun desktop. Insiden peretasan melalui perangkat pintar akan jauh lebih mudah dilakukan jika pengguna mengunduh aplikasi pihak ketiga dari toko aplikasi.
"Pertahanan terbaik untuk melawan ransomware adalah memastikan software yang digunakan pada perangkat selalu diperbaharui dan data yang tersimpan ter-backup dengan baik. Akan lebih baik jika tersimpan di cloud," ujar Direktur Teknikal NCSC, Ian Levy. (ren)