Pendiri Wikileaks 'Bahagia' dengan Maraknya Hoax
- Reuters/ Anthony Devlin
VIVA.co.id – Maraknya informasi palsu atau hoax dan berita bohong mendapat perhatian pendiri Wikileaks, Julian Assange. Dia mengaku senang dengan munculnya fenomena hoax yang belakangan memusingkan pemerintahan sebuah negara.
Dikutip dari Engadget, Selasa 21 Februari 2017, dalam sebuah tanya jawab via satelit dengan khalayak di Sydney, Australia, Assange mengatakan, situs pembocor rahasia yang ia dirikan itu merupakan antitesa dari fenomena hoax.Â
"Saat narasi berita palsu muncul dan diambil secara efektif oleh pers neo liberal dan terus dipaksa, saya benar-benar bisa melihat ke mana ini akan mengarah. Saya agak senang dengan hal ini," ujar Assange yang saat ini berlindung di Kedutaan Besar Ekuador di London, Inggris.
Pria asal Australia itu mengatakan, dia senang dengan maraknya hoax, sebab fenomena itu bertolak belakang dengan prinsip yang diperjuangkan Wikileaks.
"Wikileaks sangat senang ada narasi berita palsu muncul di sini, karena kami memiliki catatan sempurna yang tak pernah salah dalam hal autentifikasi," jelasnya.
Oleh karena itu, Assange menggambarkan Wikileaks sebagai perpustakaan luar biasa yang mana pengguna bisa mempercayainya dan Wikileaks menyajikan informasi yang benar-benar asli.
"Saya berpikir ini adalah keindahan nyata Wikileaks. Ini adalah lautan informasi, harta, harta intelektual dan lawan perpustakaan Alexandria yang Anda bisa pergi ke sana," kata dia.
Sebelumnya, Assange turut mewarnai dinamika Pemilu AS pada tahun lalu. Pada Oktober tahun lalu, dia mengatakan siap merilis sekitar satu juta dokumen yang terkait dengan pemilu Amerika Serikat.
Secara garis besar, Assange hanya mengatakan bahwa dokumen akan fokus pada perang, penjualan senjata, minyak, pengawasan media massa, perusahaan teknologi raksasa Google dan pemilu AS.
Ia pun enggan memberikan rincian lebih lanjut dari poin-poin yang dimaksud. Assange juga membantah bermaksud untuk menjatuhkan citra Hillary Clinton.
Assange mengkritik Hillary, calon presiden dari Partai Demokrat, yang mengutuk cara kerja Wikileaks setelah serentetan rilis yang berhubungan dengan Komite Nasional Demokrat sebelum konvensi politik Demokrat musim panas tahun lalu. (ren)