Tiga Kesalahan Umum Netizen soal Password

Mambajak password
Sumber :
  • http://www.digitaltrends.com

VIVA.co.id – Ternyata, pengguna internet di seluruh dunia masih belum memahami bagaimana menggunakan password atau kata sandi secara efektif guna melindungi diri mereka saat online. Setidaknya ada tiga kesalahan umum yang sering dilakukan oleh netizen soal password.

Penelitian dari Kaspersky Lab menunjukkan banyak pengguna yang menempatkan keamanan online mereka dengan risiko, sebab netizen membuat password yang buruk. Selain itu, netizen juga dianggap melakukan kesalahan karena memiliki password 'sederhana' yang menimbulkan konsekuensi lebih buruk.

Dari hasil penelitian itu, Kaspersky menemukan tiga kesalahan umum dilakukan netizen yang ceroboh memperhatikan password di internet.

Pertama, pengguna menggunakan password yang sama untuk beberapa akun. Ini berarti, jika password tersebut bocor maka akun lainnya dapat diretas. Kedua, pengguna menggunakan password yang lemah sehingga mudah untuk diretas. Ketiga, pengguna menyimpan password mereka secara tidak aman sehingga menyia-nyiakan pentingnya memiliki password bahkan yang kuat sekalipun.

Head of Consumer Business Kaspersky Lab, Andrei Mochola menuturkan, dengan begitu banyaknya informasi pribadi dan sensitif yang disimpan secara online saat ini maka pengguna harus mengambil langkah keamanan yang lebih baik lagi. Langkah berupa proteksi password yang efektif untuk melindungi diri mereka.

"Ini sebenarnya cukup jelas tetapi sayangnya banyak pengguna yang tidak menyadari bahwa mereka selalu jatuh ke dalam perangkap pembuatan manajemen password ‘sederhana’ yang salah,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis 19 Januari 2017. 

Mochola mengatakan, kesalahan-kesalahan tersebut pada gilirannya akan meninggalkan ‘pintu depan’ menuju e-mail, rekening bank, file pribadi dan lainnya terbuka lebar bagi penjahat siber.

Berbagi password

Kaspersky menunjukkan, sejumlah besar pengguna, hampir satu dari lima atau 18 persen, menghadapi upaya peretasan akun. Tapi hanya sedikit yang menerapkan keamanan berupa password efektif dan cerdas siber. 

Keamanan Siber Sudah Jadi Realita

Sebagai contoh, hanya sepertiga atau 30 persen pengguna internet yang membuat password benar-benar baru untuk akun online yang berbeda. Data lainnya yang mengkhawatirkan, satu dari 10 pengguna masih menggunakan password yang sama untuk semua akun online mereka.

Dengan demikian, apabila password tersebut diretas, maka mereka berisiko setiap akun lain miliknya akan diretas dan dieksploitasi.

OJK Luncurkan Panduan Resiliensi Digital untuk Bank Umum Hadapi Serangan Siber

Kaspersky Lab, netizen tidak menciptakan password yang cukup kuat. Menurut Kaspersky Lab, hampir setengah atau 47 persen, netizen menggunakan kombinasi huruf besar dan huruf kecil pada password mereka dan hanya dua dari tiga atau 64 persen, yang menggunakan campuran huruf dan angka.

Terlepas dari fakta pengguna menyadari betul perbankan online (51 persen), email (39 persen) dan akun belanja online (37 persen), memang membutuhkan password yang kuat.

Puan Ungkap 15 Masalah Jadi Sorotan DPR: Serangan Siber PDNS hingga HGU IKN

Penelitian ini menunjukkan, pengguna ‘menganiaya’ password mereka, dengan membagikannya kepada orang lain dan menggunakan metode tidak aman untuk mengingatnya. Hampir sepertiga (28 persen) berbagi password dengan anggota keluarga terdekat, dan satu dari sepuluh (11 persen) berbagi password dengan teman-teman mereka, sehingga memungkinkan secara tidak sengaja password bocor.

Dari lima pengguna, ada lebih dari satu (22 persen) yang mengaku menulis password mereka di notepad untuk membantu mengingatnya. Bahkan jika password tersebut kuat, perilaku ini membuat pengguna rentan karena orang lain dapat melihat dan menggunakannya.
 

Ilustrasi perempuan menggunakan ponsel.

Perempuan Bergerak Lindungi Ruang Digital

Risiko serangan siber bisa terjadi kepada siapa saja, baik itu individu, organisasi, bahkan negara.

img_title
VIVA.co.id
11 November 2024