Ganyang Hoax di Internet, Jangan Lupakan Literasi Baca
- VIVA.co.id/Agus Tri Haryanto
VIVA.co.id – Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel), Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), dan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) menjadi asosiasi garda terdepan dalam memerangi berita palsu atau hoax di internet.
Ketiga pihak tersebut menyepakati untuk meningkatkan literasi informasi digital bagi masyarakat. Untuk itu, ketiga pihak ini melakukan penjajakan kerja sama dalam ganyang hoax di dunia maya.
Ketua Bidang Kebijakan Strategis Mastel, Teguh Prasetya, mengatakan, penjajakan ini merupakan kelanjutan dari deklarasi gerakan Turn Back Hoax yang digelar Minggu, 8 Januari 2017. Turn Back Hoax diinisiasi Mafindo dan didukung Mastel dan APJII, sebagai asosiasi yang mewadahi para pelaku industri.
"Harus ada tindak lanjut dengan hal-hal yang bersifat teknis. Tidak hanya menyortir berita hoax tapi juga meningkatkan literasi kepada masyarakat," ujar Teguh di Gedung Kementerian Kominfo, Jakarta, Senin 9 Januari 2017.
Bentuk dukungan yang diberikan Mastel berupa pengembangan aplikasi yang dapat meningkatkan pelibatan masyarakat untuk menguji kesahihan suatu berita. Dukungan ini termasuk dengan pengembangan aplikasi mobile Mastel yang menjadi aplikasi yang terintegrasi dengan sistem data.turnbackhoax.id.
"Langkah awal Turn Back Hoax sudah bagus. Berikutnya perlu menyentuh sumber persoalan, yaitu literasi baca yang rendah sebagai akibat dari edukasi yang rendah, dengan cara memberikan tambahan pengetahuan dan peningkatan pendidikan di Indonesia," kata Ketua Mastel, Kristiono.
Sementara itu, APJII turut mendukung melawan hoax melalui edukasi masyarakat di berbagai kegiatan anggota APJII di daerah. Termasuk, salah satunya bantuan dari Duta Internet APJII atau lebih dikenal dengan sebutan Miss Internet.
Hal senada pun terucap dari Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika, Kementerian Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan. Dia mengatakan, literasi digital kepada publik merupakan keharusan di era banjir informasi seperti sekarang ini.
"Dalam tsunami informasi ini, ombaknya begitu besar. Maka perlu pembelajaran bagi kita semua. Literasi menjadi kunci dalam memerangi hoax di internet," kata dia.
Sejatinya, Semuel menjelaskan, hoax itu sudah ada sejak dulu. Pada era media cetak penyebaran hoax melalui selembaran fotokopi yang disebar ke masyarakat.
"Lewat kemajuan teknologi, konten hoax ini lebih masif dan fenomenal. Pemerintah akan terus mendukung gerakan-gerakan, selama itu baik adanya," ucap dia.