Hati-hati, Peretas Bisa Bobol Rekening Bank Via WhatsApp
- http://support.pandasecurity.com/
VIVA.co.id – Pengguna WhatsApp tengah menjadi sasaran kejahatan siber. Pasalnya, peretas atau hacker menemukan cara baru untuk mencuri uang di rekening bank secara online. Di beberapa negara, praktik membobol rekening nasabah bank melalui WhatsApp, telah terjadi.
Modus dari kejahatan siber ini, peretas menargetkan kepada pengguna WhatsApp yang tidak curiga dengan virus ponsel yang didistribusikan melalui dokumen word. Menariknya, dokumen tersebut terlihat sah dan pengiriman dokumen bisa dilakukan di WhatsApp, sehingga pengguna dapat membukanya langsung.
Setelah dibuka, dokumen itu akan menyedot informasi sensitif yang dimiliki oleh korban, termasuk soal pemberian mandat perbankan online sampai data pribadi lainnya.
Dikutip dari Express, Rabu, 4 Januari 2017, dokumen tak hanya berbentuk word saja, melainkan virus itu juga menyamar sebagai Microsoft Excel atau file PDF.
Sampai saat ini, praktik kejahatan kejahatan siber melalui layanan WhatsApp, baru teridentifikasi di India. File berbahaya yang dimaksud bertuliskan nama National Defence Academy (NDA) dan National Investigation Agency (NIA) yang mendorong pengguna WhatsApp untuk mengunduh dan membuka dokumen yang dikirimkan.
Menurut sebuah laporan oleh Economy Times, pusat jasa keamanan di India telah mengeluarkan pemberitahuan mengenai kejahatan siber dengan mengatasnamakan NDA dan NIA. "Dua organisasi ini sangat populer dan dikenal di dalam negeri dan luar negeri dan ada rasa ingin tahu tentang mereka, (sehingga) dapat menarik pengguna ponsel membuka subjek ini," ujar laporan tersebut.
Diketahui, ini bukan pertama kalinya pengguna WhatsApp menjadi incaran tindak kriminal di dunia maya. Pada tahun lalu, pengguna WhatsApp di Inggris diperingatkan agar hati-hati terhadap penipuan yang menawarkan pengguna mendapatkan gratis voucer 100 Poundsterling dari perusahaan super market Sainsbury.
Respons WhatsApp
Mengenai pesan yang berbau kejahatan siber atau spam di layanannya, WhatsApp menjadi lebih antisipatif sehingga layanan pesan instannya bisa aman digunakan oleh para penggunanya yang mencapai sekitar 1 miliar itu di seluruh dunia.
"Kami bekerja dengan tekun untuk mengurangi pesan spam yang datang melalui sistem kami. Menciptakan ruang yang aman bagi pengguna dalam berkomunikasi satu sama lain adalah prioritas," ujar WhatsApp.
Aplikasi messaging dari Facebook ini, mengatakan mereka ingin membantu pengguna dalam mengatasi pesan-pesan yang bernada mencurigakan.
"Pesan yang tidak diinginkan dari pihak ketiga yang tidak berwenang datang berbagai bentuk, seperti spam, hoax, dan pesan phising. Semua jenis pesan secara luas diidentifikasikan sebagai pesan yang tidak diinginkan dari pihak ketiga tidak berwenang yang mencoba untuk menipu Anda dan meminta Anda untuk bertindak dengan cara tertentu."
(mus)