2017, Internet Akan Padam Seharian
- allpinoynews
VIVA.co.id – Pergantian tahun akan terjadi dalam beberapa hari lagi dan semakin banyak pengamat yang mulai mengutarakan prediksinya tahun depan. Yang paling menarik, prediksi adanya pemadaman internet yang terjadi di 2017 nanti.
Prediksi itu diungkap oleh pengamat dari perusahaan keamanan teknologi di Amerika, LogRhythm, yang bernama James Carder. Menurut Carder, ada satu masa yang terjadi di 2017 nanti ketika internet tak lagi bersahabat.
"Di 2017, kita akan melihat peristiwa besar itu, suatu hari di tahun itu, di mana saja. Jika internet padam, pasar finansial akan ricuh," ujar Carder, seperti dikutip Business Insider, Kamis 22 Desember 2016.
Dia mengatakan, jika saat hari itu datang, permasalahannya tidak hanya isu teknikal yang menghentikan pengguna meng-upload foto selfie mereka. Permasalahan yang ditimbulkan saat internet mati 24 jam akan terjadi di semua lini kehidupan.
Crader sangat yakin dengan hal ini mengingat sudah ada beberapa peristiwa yang terjadi di 2016, yang dianggap sebagai uji coba sebelum pemadaman berlaku tahun depan.
"Kami telah melihat serangan yang sangat masif, DDoS (distributed denial of service) melawan DynDNS, beberapa bulan lalu. DDoS mampu mematikan jaringan situs ternama seperti Twitter atau Spotify, hanya dalam kurun beberapa jam. Kami melihat ancaman yang sama ke depannya. Aksi yang dilancarkan tahun ini sesungguhnya hanyalah uji coba," papar Crader.
Crader yakin, jika hacker mampu membuat serangan masif yang melumpuhkan situs dalam beberapa jam maka merusak jaringan selama 24 jam bukanlah hal yang sulit.
Selain memprediksi ancaman internet lumpuh, Carder juga mengungkapkan bahwa tahun depan berita-berita hoax akan semakin merajalela. Target hacker adalah media besar, seperti CNN dan Fox News.
Ditambahkan Direktur LogRhythm, Simon Howe, selain ancaman-ancaman yang telah diungkap Carder, ada lagi yang lebih penting, yakni pemerasan dengan melibatkan perangkat smartphone.
"Para hacker mengincar konsumen dan akan mencuri data personal mereka. Dari situ, foto-foto dan data personal pengguna akan dijadikan alat untuk memeras, menekan pemiliknya agar mau memberikan uang," ujar Howe.