Trump Menang, Ilmuwan Indonesia Ngaku Masih Betah di US
- Dok. Pribadi
VIVA.co.id – Kabarnya kemenangan Donald Trump sebagai Presiden Amerika pengganti Barack Obama membuat ilmuwan di negara tersebut ketar-ketir dan berniat pindah negara. Namun ternyata tidak demikian yang dirasakan ilmuwan Indonesia yang tinggal di negeri Paman Sam itu.
Prof. dr. Taruna Ikrar M.Pharm., MD., Ph.D mengaku sudah hampir sembilan tahun menetap di Amerika. Ahli syaraf otak ini mengatakan jika nantinya tidak banyak yang berubah dalam dunia sains dan teknologi pasca terpilihnya Trump sebagai presiden AS ke-45.
"Siapapun presidennya, tidak banyak berpengaruh karena posisi University dan lembaga penelitian adalah independen," ujar Taruna, saat dihubungi Viva.co.id, Kamis, 10 November 2016.
Dijelaskan Taruna, yang akan berubah dalam bidang sains dan teknologi hanyalah alokasi budget yang digulirkan pemerintah untuk penelitian. Anggaran dana penelitian dipastikan akan dikurangi karena partai Republik biasanya tidak terlalu berpihak pada pengetahuan.
"Partai Republik itu berpihak pada pemilik modal dan pengusaha. Pajak pun akan disetarakan antara pengusaha dan rakyat kecil. Asumsi mereka, jika pengusaha sejahtera maka rakyat juga akan sejahtera," jelasnya.
Terkait anggaran penelitian, meski dikurangi, Taruna yakin jika hal ini tidak akan membuat sains dan teknologi Amerika menjadi ketinggalan. Pasalnya, subsidi pemerintah terhadap kebutuhan biaya penelitian tergolong kecil.
"Hanya 15 persen per tahun budget dari pemerintah untuk penelitian. Sisanya kita dapat dari filantropi atau yayasan orang kaya seperti Bill Gates, Zuckerberg dan lainnya. Jadi tidak akan berpengaruh," paparnya.
Ditanya mengenai isu akan adanya eksodus warga AS ke negara lain, Taruna mengatakan jika hal itu hanyalah isu politik.
"Tidak. Kami tetap di USA. Itulah demokrasi," ujarnya.