Data Survei Internet Dinilai Janggal, APJII Bersuara

Logo APJII
Sumber :
  • VIVA.co.id/Agus Tri Haryanto

VIVA.co.id – Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkapkan kembali soal data pengguna internet Indonesia pada 2016. Kali ini, APJII memaparkan data lebih detail berikut dengan metode survei yang dilakukan.

82,6 Persen Warga 3T Sudah Online, tapi Ada Masalah yang Belum Terpecahkan

Langkah itu dilakukan menyusul ada beberapa masukan yang mempertanyakan perbandingan dengan data sekunder. APJII kemudian menunda ketersediaan link yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat. APJII merasa perlu untuk menunda untuk mengonfirmasi ulang terhadap data-data survei yang akan dirilis kembali.

Upaya ini dilakukan APJII agar tidak menimbulkan multiinterpretasi dari hasil surveinya bersama Polling Indonesia yang sudah dirilis pada 24 Oktober 2016. Meski ada perubahan, APJII menjanjikan, tidak ada perbedaan data yang sudah ditampilkan sebelumnya.

Digitalisasi dan Pengembangan Industri Lokal Jadi Fokus Utama

"Survei yang dirilis 24 Oktober lalu tidak ada perbedaan, tapi lebih dipertajam agar tidak menimbulkan multiinterpretasi pembaca," ucap Sekretaris Jenderal APJII, Henry Kasyfi di kantor APJII, Gedung Cyber I, Jakarta, Senin malam 7 November 2016.

Dia mengatakan, jumlah pengguna internet 2016 masih serupa dengan yang sudah diungkapkan sebelumnya, yakni mencapai 132,7 juta pengguna. Angka tersebut tumbuh dari hasil survei APJII pada 2014 yang mencatat pengguna internet Indonesia menyentuh angka 88 juta.

APJII: Regulasi yang Kaku Hambat Pertumbuhan Sektor Telekomunikasi

"Intinya, survei kali ada dua bagian dan dua kali survei. Pertama, mengenai penetrasi dan kedua, soal perilaku pengguna internet Indonesia. Untuk penetrasi kita tambahkan dengan membandingkan dengan metode survei tahun 2014," tutur Henry.

Survei pertama mengenai penetrasi internet Indonesia, APJII dan Polling Indonesia menggunakan teknik sampel terdiri atas probability sampling, area random sampling, dan unit analisis provinsi. Kemudian, pengumpulan data melalui wawancara dengan bantuan kuesioner.

"Jumlah 1.250 sampel itu tergantung keinginan kami soal margin of error. Makin besar sampel makin kecil margin of error. Angka 1.250 ini pas bagi kami, sehingga masih batas wajar dengan tingkat kepercayaan 95 persen," ucap Tim Polling Indonesia, Yonda Nurtaqwa.

Yonda mengatakan, timnya kembali mengecek ulang apabila diketahui ada data yang janggal. "Kami recheck 10 persen dari total sampel," ujar dia.

Sementara itu, soal perilaku internet Indonesia, APJII menggunakan teknik sampel berupa multistage random sampling, varian area random, serta sampling mix dengan convenience sampling. Pengumpulan datanya masih sama, menggunakan wawancara dengan bantuan kuesioner.

Jumlah sampelnya lebih tinggi dari survei penetrasi, yaitu 2.000 responden. Jumlah angka tersebut sama dengan jumlah sampel pada 2014. Untuk survei perilaku internet Indonesia ini, APJII mengatakan, margin of error mencapai 2,2 persen dengan confident interval 95 persen dan kontrol kualitas survei 10 persen dari total sampel.

Ilustrasi bebas berselancar di internet.

556 Desa di Indonesia Belum Tersentuh Internet

Saat ini, 1.020 desa telah diidentifikasi membutuhkan sinyal internet, di mana sekitar 464 desa telah disolusikan, sementara 556 desa masih dalam proses.

img_title
VIVA.co.id
18 September 2024