Blibli Bantah Bocorkan Data Pengguna
- Pixabay/kaboompics
VIVA.co.id – Marketplace Blibli.com membantah data mereka termasuk salah satu dari 60 e-commerce yang disebut Opera menyebarkan data penggunanya.
"Kami ingin menegaskan bahwa Blibli.com tidak pernah melakukan pembocoran data pengguna dan kami secara resmi akan meminta klarifikasi terhadap pihak Opera untuk memberikan keterangan lebih lanjut terkait pernyataan yang disampaikan untuk menghindari kesalahpemahaman di mata publik," kata Senior Marcomm Manager Blibli.com, Lani Rahayu saat ditemui di booth Blibli.com dalam pameran Indocomtech, di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Rabu 2 November 2016.
Mengenai keamanan data pengguna, Lani menjelaskan, Blibli.com sudah menggunakan protokol HTTPS, sehingga setiap aktivitas yang dilakukan di halaman website Blibli.com, data pribadi pengguna dienkripsi dan tidak bisa dibaca oleh pihak lain.
Terkait kerja sama payment gateway dengan pihak ketiga untuk kemudahan pembayaran, Lani menyatakan, Blibli.com bermitra dengan partner yang sudah memenuhi persyaratan payment card industry data security standard (PCIDSS), sehingga kredibilitasnya bisa dipertanggungjawabkan.
"Kami sangat menyadari bahwa bisnis e-commerce adalah bisnis mengenai kepercayaan. Jadi kami sangat menjunjung tinggi kepercayaan pelanggan yang sudah diberikan customer serta partner-partner kami," kata dia.
Lani mengatakan, riwayat data pengalaman pengguna selama mengunjungi Blibli.com hanya digunakan untuk keperluan internal dan wawasan dalam inovasi. Hal itu bertujuan memberikan pengalaman belanja yang terbaik dan menyenangkan kepada konsumen.
Sebelumnya, dalam keterangan resmi pihak Opera Browser disebutkan bahwa setidaknya ada setengah dari 60 aplikasi belanja yang mengumpulkan informasi pribadi pengguna melalui pelacak.
Temuan ini berasal dari penilaian risiko privasi di Opera Max, aplikasi manajemen data dan penghematan data milik Opera untuk Android. Sebanyak 60 aplikasi belanja paling populer ditinjau menggunakan modus privasi di aplikasi ini. Penelitian lain menunjukkan bahwa informasi pribadi seperti nama pengguna, alamat email, lokasi, istilah pencarian dan nomor telepon dibagikan kepada pihak ketiga melalui pelacak.
“Ini merupakan hasil dari uji coba yang telah kami lakukan pada 60 aplikasi belanja paling populer di sepuluh negara, termasuk Brazil, Perancis, Jerman, India, Indonesia, Rusia, Afrika Selatan, Amerika Serikat, Inggris dan Vietnam. Kami menguji aplikasi-aplikasi ini pada jaringan Wi-Fi dan membuat setidaknya 100 permintaan dalam setiap aplikasi dengan browsing berbagai jenis produk. Kemudian kami mencatat hasinyal berdasarkan apa yang ditampilkan pada lini waktu dari mode privasi Opera Max,” ujar Communications Manager Opera Indonesia, Kooswardini Wulandari, dalam keterangan resminya.
60 aplikasi belanja teratas ini adalah Amazon Shopping, AliExpress, Americanas, ASOS, Avito, Best Buy, Blibli, Bukalapak, Casas Bahia, Ch? T?t, Dafiti, Deallabs: Bon plan & Code promo, eBay, eBay Kleinanzeigen for Germany, Elevenia, Flipkart, Groupon, Gumtree (South Africa), H&M, IKEA Store, Jabong, JC Penney, JD Sport, KASKUS Jual Beli, Kleiderkreisel, Lamoda, Lazada, Letgo, Lidl, Magazine Louiza, MatahariMall, Mercado Livre, Myntra, Net-A-Porter, Netshoes, Newegg, OkieLa, OLX Indonesia, OLX South Africa, Paytm, Rakuten, Revolve, Sendo.vn, SHOPBOP, Showroomprive, Shpock, Snapdeal, Spree, Submarino, Takealot, Th? gi?i di ??ng, Tokopedia, Vente-privee, Wildberries, Wish, Yandex Market, Zalando, ZALORA, Walmart.
“Beberapa aplikasi belanja yang paling ‘bocor’, seperti Amazon, BestBuy, JC Penney dan Newegg, mengirimkan pelacak dalam jumlah yang relatif tinggi,” katanya.