Intip 'Senjata' Andalan Polisi Dunia Perangi Program Pemalak

Ilustrasi ransomware.
Sumber :
  • Twitter/@kaspersky

VIVA.co.id – Keberadaan program komputer jahat yang bertujuan memalak korbannya atau ransomware hendaknya diwaspadai. Sebab ransomware ini datang dengan menyandera data penting pengguna dan akhirnya meminta tebusan kepada korban. Ransomware perlu diwaspadai lantaran tren ancaman ini kian meningkat. 

Serangan Phising Kian Marak, Mahasiswa Hingga Dosen Dibekali Ini Buat Hadapi Ancaman Siber

Data penyedia solusi keamanan, Kasperky Lab menunjukkan, sepanjang tahun ini, ransomware sudah terjadi nyaris di seluruh belahan dunia. Perusahaan keamanan itu mengatakan telah menemukan setidaknya ransomware di 200 negara sepanjang 2016.

Untuk melawan ransomware, Kaspersky Lab bekerja sama dengan institusi kepolisian negara dunia telah melahirkan senjata khusus, dalam bentuk program kolaborasi ‘No More Ransom’. 

Hati-hati, Ransomware Serang Indonesia dengan Kecepatan Kilat

Proyek kerja sama itu telah dibentuk pada 25 Juli 2016, dan dalam rangka melawan ransomware secara kolektif. Awalnya proyek ini diinisiasi oleh kepolisian Belanda, kepolisian Eropa, Intel Security dan Kaspersky Lab.

Hanya berjarak tiga bulan setelah peluncuran proyek ‘No More Ransom’, lembaga penegak hukum dari 13 negara memutuskan untuk bergabung dengan pihak swasta untuk bersama-sama melawan ransomware.

Kiamat Digital Mengintai, Ransomware Super Canggih bikin Data Perusahaan jadi Sampah

Negara yang baru-baru ini memutuskan untuk bergabung di antaranya Bosnia dan Herzegovina, Bulgaria, Kolombia, Prancis, Hungaria, Irlandia, Italia, Latvia, Lithuania, Portugal, Spanyol, Swiss dan Inggris.

Peneliti senior The Global Research and Analysis Team, Kaspersky Lab, Jornt van der Wiel mengatakan, dalam memerangi ransomware akan lebih bak saat lembaga penegak hukum dan sektor swasta bergabung. Dengan kolaborasi itu, peneliti bisa menawarkan dan menganalisis malware secara lebih luas dan membantu polisi merebut server yang digunakan penyerang. 

"Dalam beberapa kasus, wawasan para peneliti juga dapat membantu untuk melacak dan menangkap para penjahat yang bertanggung jawab atas serangan," jelas van der Wiel dalam keterangan tertulisnya, Kamis 20 Oktober 2016. 

Sementara lembaga yang fokus pada serangan siber Eropa mengaku merasakan manfaat kolaborasi ‘No More Ransom’ tersebut. 

Head of European Cybercrime Centre, Steven Wilson mengatakan, meskipun tantangan ancaman siber kian meningkat, namun dengan kolaborasi penegak hukum di Uni Eropa berhasil menciptakan keberhasilan signifikan dalam memerangi kejahatan ransomware. 

"Europol berkomitmen penuh untuk mendukung pengembangan program No More Ransom di Uni Eropa dan internasional untuk menghadapi ransomware secara efektif dan terpadu," ujar Wilson. 

Keberhasilan senjata ‘No More Ransom’ ini bisa dilihat dari fakta setelah peluncuran program. Tercatat dua bulan setelah peluncuran, lebih dari 2.500 orang telah berhasil mendekripsi data-data mereka tanpa harus membayar uang tebusan, menggunakan alat dekripsi utama pada platform (CoinVault, Wildfire dan Naungan). Selain itu lebih dari US$ 1 juta, berhasil diselamatkan dari tangan penjahat siber. 

Kolaborasi ini diharapkan dapat menghasilkan ketersediaan alat deskripsi yang tersedia secara gratis, membantu lebih banyak korban untuk mendeskripsi perangkat mereka sehingga dapat membuka data-data mereka, serta memukul balik penjahat siber melalui cara yang paling menyakitkan dengan cara memutuskan sumber pendapatan mereka.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya