Analisis Mengapa Google Lebih Pilih Kata Ahok di Pencarian
- Screenshot Google
VIVA.co.id – Awal pekan ini, netizen di Indonesia heboh dengan pemberitaan tentang pencarian tentang 'sungai bersih karena Foke' di Google kemudian direkomendasikan ke hasil pencarian Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama.
Fenomena pencarian itu memang menggelitik, ada yang menuding Google sudah dipakai untuk kampanye Ahok dalam menyambut Pilkada DKI Jakarta, ada juga yang heran kenapa pencarian tentang mantan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo atau Foke malah Google merekomendasikan hasil pencarian ke Ahok.
Menanggapi fenomena hasil pencarian itu, salah satu pendiri Awesometrics, Ismail Fahmi membedah bagaimana rekomendasi Google dalam bentuk, 'Apakah yang Anda maksud adalah...' bisa bekerja.
Ismail menuliskan rekomendasi tersebut bekerja berdasarkan algoritma. Dia menilai rekomendasi Google tersebut bukan muncul karena kemiripan kata, namun karena tergantung dari permintaan yang diketikkan dalam mesin pencarian.
"Jadi itu tergantung dari query (permintaan pencarian) yang diajukan oleh orang-orang sebelumnya, yang memiliki kemiripan dan yang menghasilkan results yang mirip. Semakin sering orang tanya sebuah query, maka itu akan dijadikan rekomendasi oleh Google," jelas Ismail dalam akun Facebooknya dikutip Selasa, 4 Oktober 2016.
Ismail yang pernah mencicipi pendidikan di Universitas Groningen, Belanda itu berpendapat, kemunculan rekomendasi 'sungai bersih karena Ahok' lantaran tren pencarian dengan kata kunci tersebut muncul dalam beberapa bulan lalu.
Ismail mengatakan, permintaan pencarian itu muncul murni karena tren pencarian itu bukan direkayasa oleh tim teknologi informasi yang mengatur referensi pada pencarian Google.
"Itu murni (query) dari jutaan, ribuan,atau ratusan pengguna," jelasnya.
Ismail menjelaskan, fitur rekomendasi pencarian atau 'Apa yang Anda maksud adalah..' bukan dari ekstraksi dari dokumen atau halaman web, tapi berasal dari tren permintaan ditambah hasil pencarian yang dianggap relevan atau diklik oleh pengguna internet.
Mengingat apa yang muncul rekomendasi pencarian Google berasal dari tren permintaan pencarian, maka menurutnya Ismail, apa yang disaranan atau direkomendasikan Google itu, tak bisa dijadikan sebagai sumber kebenaran atau fakta.
"Sebab sederhananya, (itu muncul) karena orang-orang sering nyari itu akhir-akhir ini," jelas dia.
Ismail mengatakan, saran pencarian Google yang menunjukkan ke 'karena Ahok' bukan karena adanya kesalahan tulisan atau typo.
Dia menganalisa, kata kunci 'foke' bukan sebuah typo yang kemudian Google menyarankan ke kata kunci 'Ahok'.
Hasil unik dari ‘penggusuran oleh foke’
Ismail kemudian menunjukkan hasil dari permintaan unik pencarian 'penggusuran oleh foke' maka hasil rekomendasi Google adalah 'penggusuran oleh Ahok'.
Dia menuliskan kata yang paling sering muncul dalam tren terakhir bersamaan dengan permintaan 'penggusuran oleh' adalah kata kunci 'Ahok'. Selain kata 'Ahok' tren terakhir yang paling sering dicari adalah 'penggusuran oleh Ahok' kemudian 'Kodam Jaya'.
Dalam konteks 'sungai bersih karena Aher' yang hasil rekomendasi Google adalah 'sungai bersih karena Ahok', menurutnya, Google bisa jadi mengganti kata 'Aher' adalah typo. Namun dia yakin, kata 'Aher' bukan typo. Kata yang lebih memungkinkan untuk dianggap typo oleh Google misalnya 'foks', 'foka' yang kemudian bisa disarankan menjadi 'foke'.
Ismail menjelaskan, kenapa kata 'Ahok' lebih dipilih Google yaitu karena kata tersebut paling menjadi tren pencarian dalam permintaan-permintaan terakhir.
"Kalau kita query-nya 5 tahun lalu, kemungkinan besar saran dari Google adalah penggusuran oleh foke," jelas Ismail.
Selain soal typo, dalam konteks hasil pencarian 'penggusuran oleh foke' menurut Ismail, bisa jadi adalah permintaan kata kunci tersebut tergolong tidak sering dicari sehingga tidak berubah ke ‘Ahok’.