Smartphone di Meja Kerja Cenderung Turunkan Produktivitas
- Pixabay
VIVA.co.id – Di era modern seperti sekarang ini, smartphone tampaknya tak pernah lepas dari genggaman sang empunya, baik untuk berkomunikasi maupun membantu menyelesaikan pekerjaan. Namun, ternyata berdasarkan penelitian terbaru, smartphone memiliki dampak menurunkan produktivitas ketika bekerja.
Hasil penelitian psikologis oleh Universitas Würzburg, Jerman and Nottingham Trent University, Inggris atas permintaan Kaspersky Lab menunjukkan, produktivitas pekerja bisa meningkat 26 persen apabila tanpa smartphone. Meskipun, perangkat seluler tersebut di sisi lain membantu pekerja untuk berkomunikasi dengan rekan, mengelola surat elektronik, serta menyelesaikan pekerjaan.
Dalam siaran persnya, Senin, 5 September 2016, penelitian yang dilakukan, menggali korelasi antara tingkat produktivitas dan jarak antara peserta dengan smartphone mereka. Peneliti menemukan, ketika smartphone dibawa pergi, kinerja pekerja meningkat sebesar 26 persen.
Angka tersebut didapat dengan menguji perilaku 95 orang yang berusia antara 19 hingga 56 tahun di laboratorium Universitas Würzburg dan Nottingham-Trent. Rentang usia ini dipilih dengan alasan untuk menyeimbangkan kondisi serta jenis kelamin dalam penelitian di setiap lokasi laboratorium.
Saat peneliti meminta partisipan untuk menguji konsentrasi mereka di empat situasi berbeda, yaitu dengan smartphone di dalam saku, di atas meja, terkunci di laci, dan dipindahkan dari ruangan tersebut. Tes menunjukkan konsentrasi terendah pekerja terjadi pada saat smartphone di atas meja, namun dengan bertambahnya jarak antara partisipan dengan perangkatnya itu, kinerja mereka meningkat.
Dengan demikian, secara keseluruhan hasil tes 26 persen lebih tinggi ketika ponsel mereka dipindahkan dari ruangan tersebut.
Tentu penelitian terbaru ini menampik soal ketiadaan smartphone akan membuat penggunanya gelisah. Peneliti mengatakan, tingkat kegelisahan stabil selama penelitian berlangsung.
Penelitian menunjukkan pada umumnya, wanita lebih gelisah dibanding rekan pria mereka. Peneliti menyimpulkan, tingkat kegelisahan tidak dipengaruhi oleh ada atau tidaknya smartphone, tetapi lebih kepada permasalahan gender.
Jens Binder dari Universitas Notthingham Trent, menuturkan studi sebelumnya memperlihatkan di satu sisi, seseorang yang terpisah dengan ponsel pintarnya menghasilkan efek emosional negatif, seperti peningkatan rasa gelisah. Tapi, satu sisi lainnya, keberadaan smartphone dapat menjadi gangguan.
"Dengan kata lain, kehadiran smartphone dapat merusak konsentrasi. Pada intinya, penemuan kami dari hasil penelitian ini, mengindikasikan bahwa dibanding kehadiran smartphone, ketidakhadiranlah (smartphone) yang dapat meningkatkan konsentrasi," tambah Astrid Carolus dari Universitas Würzburg.
Turunkan konsentrasi
Hasil eksperimen berkorelasi dengan penemuan dari survei sebelumnya yang bernama ‘Digital Amnesia at Work’. Dalam survei ini, Kaspersky Lab mendemonstrasikan perangkat digital dapat menghasilkan dampak negatif terhadap tingkat konsentrasi. Hal ini ditunjukkan, contohnya saat mengetik catatan ke perangkat digital selama rapat dapat menurunkan tingkat pemahaman tentang apa yang sebenarnya terjadi dalam rapat tersebut.
Head of Small Medium Business Marketing Kaspersky Lab, Vladimir Zapolyansky mengungkapkan, pelaku bisnis juga harus menyadari dalam lanskap bisnis yang saling terhubung saat ini, tingkat konsentrasi yang lebih rendah dapat menimbulkan isu keamanan. Serangan ditargetkan yang canggih, misalnya, hanya dapat ditemukan jika karyawan waspada pada tampilan dan isi yang tak terduga dan tidak biasa dari email.
"Oleh karena itu, penting bagi pelaku bisnis untuk menerapkan langkah-langkah keamanan, termasuk sesi pelatihan, untuk meningkatkan kewaspadaan karyawan, apakah karyawan menggunakan smartphone mereka di tempat kerja atau tidak. Manajemen keamanan perangkat mobile sama pentingnya demi melindungi data-data bisnis yang sensitif guna menerapkan efisiensi usaha," ujar dia.