Kominfo: Pokemon Go Resmi Tak Masuk Indonesia
- www.usatoday.com
VIVA.co.id – Pokemon Go – game Internet populer besutan Niantic Lab bersama dengan Nintendo dan The Pokemon Company – resmi telah hadir di 27 negara. Saat ini Pokemon Go telah masuk Asia lewat Jepang. Lalu kapan masuk Indonesia?
Di tengah pertanyaan itu, Kepala Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat Kementrian Komunikasi dan Informasi (Kominfo), Ismail Cawidu mendapat informasi bahwa Indonesia tidak menjadi negara persinggahan game tersebut secara resmi.
“Ada informasi bahwa akan launch untuk Asia tapi Indonesia tidak ada dalam daftar,” ujar Ismail dalam sambungan telepon kepada VIVA.co.id.
Ismail menyebut, informasi itu dia peroleh dari perwakilan Google di Indonesia.
“Saya enggak tahu (kapan resmi di Indonesia), ke Google sudah ditanya, ‘Iya pak bener tapi Indonesia tidak ada di daftar,’” kata Ismail mengulang pertanyaannya kepada pihak Google Indonesia.
Diketahui, pertengah bulan ini, tepatnya bulan kedua game ini booming, Pokemon Go sudah ada di 27 negara, yakni Austria, Belgia, Bulgaria, Kroasia, Siprus, Republik Ceko, Denmark, Estonia, Finlandia, Yunani, Greenland, Hungaria, Islandia, Irlandia, Latvia, Lithuania, Luxemburg, Malta, Belanda, Norwegia, Polandia, Rumania, Slovakia, Slovenia, Swedia, Swiss dan Kanada.
Meski sudah ada di Jepang, Di Indonesia sendiri belum ada tanda-tanda akan disambangi monster pocket. Walau belum rilis, kekhawatiran akan game ini lebih dulu muncul. Pasalnya ini berkaitan dengan keamanan data inteligen yang bakal disedot asing, jika bermain Pokemon Go.
Sebab, permainan ini memang membuuthkan akses penuh ke sistem pelacakan lokasi (GPS) dan kamera di ponsel pengguna. Bahkan, ketika login, aplikasi meminta izin untuk akses beberapa fitur, seperti nomor kontak yang ada di ponsel, lokasi pasti maupun perkiraan dan lainnya.
Tapi, menurut pengamat telematika, Abimanyu Wahyuwidayat menganggap, Indonesia terlalu berlebihan menyikapi Pokemon Go jika sampai harus memblokir aplikasi tersebut. Sebab, teknologi Augmented Reality yang digunakan di game itu hanya memasukkan monster virtual tersebut berdasarkan hitungan koordinat dan tidak melihat fisik ruangan.
Dia memastikan, game itu tidak tidak mengambil data, karena tidak merekam gambar. Jika pun Indonesia merasa terancam oleh kehadiran monster-monster tersebut, ada teknologi lain yang bisa lebih canggih menjadi media bagi intelijen untuk mengumpulkan data penting.
“Kalo soal pelacakan, Google sudah lama kita gunakan dan itu lebih canggih lagi ketimbang hanya game. Google punya Street View, punya Google Glass. Jangan sampai sebuah mainan menakut-nakuti Anda dan membuat khawatir. Jika fasilitas penting tidak ingin sampai terekam gambarnya, minta pada pengembangnya untuk tidak meletakkan monster di dalam Istana, atau Mabes (markas besar). Google melakukan hal itu, menutupi beberapa area terlarang di Google Street View,” kata pria yang akrab disapa Abah ini.
Dia menyebut bahwa hampir semua orang menggunakan ponsel dan aplikasi di dalamnya berpotensi untuk bisa dilacak oleh intelijen.
(ren)