DPR AS Lebih Khawatir Konsumsi Data Pokemon Go
- REUTERS/Mark Kauzlarich
VIVA.co.id – Di saat banyak negara khawatir soal kebocoran data penting ke intelijen asing melalui Pokemon Go, tidak demikian dengan anggota DPR di Amerika (AS). Anggota dewan di AS itu mengirimkan surat ke pengembang Pokemon Go mempertanyakan soal konsumsi data.
Surat tersebut ditandatangani oleh beberapa anggota dewan seperti Frank Pallone dari New Jersey, Diana DeGette dari Colorado, dan Jan Schakowsky dari Illinois. Setidaknya ada empat poin penting yang terdapat dalam surat tersebut terkait dengan konsumsi data pengguna saat bermain Pokemon Go.
"Pokemon Go telah sukses menarik perhatian gamers, namun ada kekhawatiran di balik itu. Pokemon Go dianggap rakus data mobile. Saat pengguna tidak menggunakan wifi, maka akan beralih menggunakan mobile data. Konsumsi data Pokemon Go disebut melebihi data yang dibutuhkan untuk mengakses aplikasi media sosial lain," tulis anggota dewan tersebut, seperti dikutip dari 9to5 Mac.
Mereka mengatakan, dalam sebuah survei yang pernah dilakukan, data yang dihabiskan untuk bermain games Pokemon selama 43 menit per hari sama dengan konsumsi selama 30 menit mengakses WhatsApp, atau 25 menit melihat Instagram, dan 22 menit berkutat di Snapchat.
"Uji coba yang dilakukan pihak ketiga menunjukkan gamers Pokemon Go membutuhkan 10 sampai 20 GB data untuk bermain dalam kurun satu jam. Ini artinya, gamers yang serius bermain selama tiga jam lebih per hari, membutuhkan 2GB data per bulan. Kami minta penjelasan Niantic untuk memastikan bahwa konsumen menyadari akan potensi konsumsi data yang besar untuk Pokemon Go," isi surat itu, yang ditujukan untuk Chief Executive Officer (CEO) Niantic, John Hanke.
Sebelumnya diberitakan jika CEO T-Mobile, John Legere melaporkan jumlah pengguna Pokemon Go di jaringannya telah meningkat dua kali lipat selama empat hari kemarin. Bahkan, trafik data mereka juga disinyalir mengalami kenaikan empat kali lipat.
Anggota dewan juga mempertanyakan upaya Niantic untuk meminimalisasi kebutuhan data penggunanya. Niantic diminta untuk menjawab semua pertanyaan itu sampai 9 Agustus 2016.