Menguak Kunci Sukses Pokémon Go
- www.mashable.com
VIVA.co.id – Game yang sedang populer, sedang viral. Aplikasi game yang mencari mahluk Pokemon secara augmented reality dalam pemetaan di sebuah ponsel pintar itu kini laris pada pusat aplikasi, App Store maupun Google Play.
Salah satu kunci dari kekuatan game ini disebutkan adalah pada pemetaan game yang real time. Pemetaan memungkinkan menaruh objek virtual dalam peta lokasi real time.
Dikutip dari Mashable, Senin 11 Juli 2016, ternyata di balik game itu terdapat kontribusi karyawan veteran Google, John Hanke. Hal itu berkat kontribusi Niantic, mitra pengembang yang bekerja sama dengan Nintendo serta The Pokémon Company dalam merilis Pokémon Go.
Chief Executive Officer dan Pendiri Niantic, John Hanke merupakan salah satu dari pendiri perusahaan yang jadi embrio Google Earth, yaitu Keyhole. Beberapa tahun lalu, Keyhole dibeli oleh Google sebelum perusahaan internet itu melahirkan Google Earth dan Google Maps.
Setelah beberapa tahun mengembangkan layanan pemetaan Google itu, Hanke kemudian membentuk perusahan yang mengembangkan game mobile bertema augmented reality, yaitu Niantic.
Hanke mengatakan kekuatan Pokémon Go adalah pada karakteristik pemetaan.
"Banyak dari kami bekerja pada Google Maps dan Google Earth dalam beberapa tahun. Jadi kami menginginkan pemetaan ini menjadi bagus," kata Hanke kepada Mashable.
Dalam kesempatan itu, bos Niantic itu juga menjelaskan bagaimana fitur Pokéstop dan fitur lain yang muncul dalam Pokémon Go.
Dikatakan, embrio Pokéstop dan fitur lainnya di Pokémon Go berasal dari platform game multiplayer augmented reality yang diciptakan Niantic pada 2011, yaitu Ingress.
Platform ini membantu menciptakan kumpulan data yang menentukan kemunculan Pokéstop dalam game Pokémon Go saat ini.
Pada awal kemunculan Ingress, Niantic membentuk sebuah kumpulan lokasi berbasis lokasi historis. Niantic juga mendesain data karya seni publik yang ditambang dari foto geo-tagging pada Google.
Dengan sentuhannya, Nantic kemudian mengubah data publik itu memiliki sentuhan karakteristik atau sejarah arsitektur khusus.
Selanjutnya tim Niantic bertanya kepada para penikmat Ingress untuk mengirimkan lokasi atau tempat yang diinginkan masuk dalam sistem platform mereka.
"Dan akhirnya ada 15 juta pengiriman (tempat) dan kami telah menyetujui 5 juta lokasi di seluruh dunia," ujar Hanke.
Dengan masukan data tersebut, maka data portal Ingress menjadi kaya dan kuat. Kemudian data ini dipilih untuk menjadi modal awal bagi game Pokémon Go.
Hanke mengatakan, Pokéstop yang ada pada Pokémon Go prinsipnya muncul dari masukan dari para pengguna Ingress tentang keinginan tempat yang dimunculkan dalam game augmented reality mereka.
Selain soal pemetaan, salah satu kekuatan pada game Pokémon Go itu juga tantangan lain. Memunculkan karakter Pokémon di game baru itu membutuhkan pengerahan ekstra seluruh pemetaan data.
Untuk menentukan peta habitat Pokémon dalam game tersebut, Hanke mengatakan, timnya menetapkan lokasi apakah terdapat lingkungan air atau kebun binatang, tempat parkir atau pemetaan lokasi lainnya.
Masa depan Pokémon Go
Hanke mengatakan timnya telah menyiapkan rencana untuk menambahkan fitur tiga dimensi pada game Pokémon Go. Rencana ini bertujuan agar sang pemain bisa merasakan kedalaman pola permainan Pokémon Go.
"Kami membayangkan tim mengembangkan Pokéstop dalam berbagai cara tertentu dan menyesuaikan dengan selera mereka," ujar Hanke.
Selain itu, Hanke mengatakan, monetisasi sudah ada dalam rancangan peta jalan mereka. Gambarannya, nantinya game Pokémon Go akan merancang beberapa desain game tersebut yang melibatkan kerja sama dan kompetisi dan interaksi sosial antar pengguna maupuan sesama tim.
Hanke mengakui memang visi pengembangan Pokémon Go masih dalam penggodokan. Namun demikian, dia yakin hal itu bakal terwujud di masa depan.
"Dalam beberapa dekade kita akan melihat jenis perangkat mata tiga dimensi yang bisa dipakai di luar untuk memainkan game seperti Pokémon Go, dan bisa melihat penampakan Pokémon dalam konteks tiga dimensi," kata Hanke.