Software Tak Mempan, Jepang Sewa Pemburu Anime Bajakan

Ilustrasi bahaya Internet
Sumber :
  • columan.com

VIVA.co.id – Pemerintah Jepang menghadirkan senjata baru untuk memerangi bajakan di dunia online, khususnya untuk anime dan manga. Mereka mempekerjakan para pemburu pembajakan.

Hasil Survei: 42 Persen Remaja Yahudi di AS Percaya Israel Lakukan Genosida di Gaza

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan, Ekonomi dan Industri di Jepang mengandalkan software anti-pembajakan untuk memantau konten bajakan di dunia maya. Sayang, banyak hal yang dilewatkan dari sistem pemantauan ini sehingga mereka merasa butuh untuk mengandalkan 'mata manusia'.

Dilansir melalui Motherboard, Rabu 22 Juni 2016, tugas para pemburu pembajakan online ini adalah memonitor forum dan situs yang memungkinkan penggunanya berbagi file. Dari situ bisa diketahui mana konten bajakan yang dibagi secara ilegal.

Survei Elektabilitas Berada di Puncak, Jubir Pramono-Rano Efek Ahokers dan Anak Abah Bersatu: Insya Allah Satu Putaran

"Jika dilihat dari kacamata industri dan pemerintah, semakin banyak 'mata' dan perangkat yang dilibatkan maka semakin baik pemantauan akan pembajakan bisa dilakukan," ujar Rayna Denison, pengamat industri kreatif Jepang, dari University of East Anglia, Inggris.

Selama ini, anime dan manga sudah masuk sebagai budaya penting di Jepang yang harus didukung karena mampu meningkatkan ekonomi negara tersebut. Kerugian yang disebabkan konten online ini sangat besar, sekitar US$20 miliar atau Rp260 triliun.

Andika-Hendi Bentuk Satgas Anti-Politik Uang Jelang Pencoblosan, Bonus Menggiurkan bagi yang Menangkap

Pada Juli 2014, pemerintah Jepang menggelar Manga-Anime Guardians Project, sebuah kampanye online yang mengarahkan konsumen untuk mengunduh konten anime atau manga ke sumber asli. Mereka juga merazia sebanyak 580 situs penyedia konten ilegal. Kampanye ini merupakan kerja sama pemerintah Jepang dengan Content Overseas Distribution Association (CODA) dan 15 produsen anime.

Isu ini cukup kompleks. Sebabnya, para penggemar anime dan manga, yang menyebarkan konten secara ilegal itu beralasan, jika mereka ikut mempromosikan kebudayaan Jepang ke luar secara tidak langsung. Bahkan mereka juga memberikan subtitle (terjemahan) dalam bahasa Inggris dalam setiap konten agar memudahkan pembaca di luar negeri. Ini sangat berbeda dengan pemikiran pemerintah yang menyebut penyebaran konten ilegal itu sama saja dengan mengurangi pendapatan ekonomi Jepang.

Untuk pemburu bajakan, Jepang akan menyewa satu orang pada tahap awal ini. Sekedar untuk uji coba sebelum akhirnya memutuskan untuk mempekerjakan banyak orang.

Ilustrasi menonton film.

AVIA: Pembajakan Online Seperti IndoXXI Adalah Kejahatan Terorganisir

Mirisnya, ada 63 persen orang Indonesia akses website konten bajakan.

img_title
VIVA.co.id
10 Januari 2020