Pemerintah China Posting 448 Juta Komen Palsu di Internet
- REUTERS
VIVA.co.id – Internet dan media sosial merupakan alat yang lumayan ampuh untuk penggiringan opini. Tidak heran jika pemerintah di negara mana pun kerap membuat ribuan akun palsu untuk menanggulangi sebuah isu.
Pemerintah China apalagi. Sebuah peneliti berhasil menemukan jika China telah membanjiri dunia maya dengan ratusan juta komentar dari akun palsu yang disebar di dunia maya. Kesimpulan ini didapat dari peneliti asal Harvard University, Gary King, bersama dengan timnya. Dikatakan Gary, jumlah tersebut merupakan total komen yang diposting selama satu tahun.
"Setiap tahunnya, pemerintah China selalu membanjiri internet dengan 448 juta komen palsu di sosial media. Mereka menggunakan email yang disediakan oleh kantor Propaganda Internet China," ujar Gary, seperti dikutip dari Business Insider, Rabu, 25 Mei 2016.
Gary menjelaskan, dalam penelitian itu timnya juga menemukan ada lebih dari 43.000 orang yang disebut-sebut tergabung dalam 'Partai 50 Sen'. Itu bukanlah organisasi politik sungguhan melainkan sebutan untuk para 'influencer' yang ditugaskan memposting konten propaganda dari akun palsu dengan bayaran 50 sen sekali posting.
Bahkan ada juga pegawai pemerintah yang bekerja full time untuk menjalankan aksi propaganda itu. Mereka akan menerima order postingan setiap pagi dari pemeritah. Dari order itu, mereka akan membuat serangkaian argumen dan diskusi kelompok untuk mempengaruhi para pengguna internet.
Ini artinya, para anggota 'Partai 50 sen' itu akan terjun langsung ke dunia maya dan berbincang secara virtual dengan publik. Mereka akan menggiring pemikiran para pengguna internet untuk isu tertentu atau menciptakan perbincangan baru untuk menghindari pembahasan terkait kasus yang tidak diinginkan pemerintah untuk dibahas.
Gary mengklaim, salah satu influencer 'anggota' Partai 50 Sen pernah membocorkan alur kerja pemerintah untuk mengorder penggiringan isu. Biasanya, kata influencer tersebut, pemerintah akan mengirim email di pagi hari untuk menjelaskan isu atau peristiwa yang sedang atau akan terjadi. Mereka mendapatkan instruksi dan arahan untuk memandu mengarahkan pikiran netizen, mengaburkan fokus mereka, atau mengalihkan minat atau pandangan terhadap ide atau isu tertentu.
"Setelah itu kami akan mencari artikel atau berita yang relevan dengan isu itu di situs. Dari situ kami mulai membuat artikel tandingan, kemudian bersiap memposting dan menjawab komentar. Ini membutuhkan banyak keahlian," ujar influencer tersebut.
Ditambahkan Gary, tujuan dari gerilya massal di dunia digital ini benar-benar untuk mengalihkan perhatian publik dan mengubah subjek pembicaraan.
Namun menurut Gary, pasukan influencer atau partai 50 sen tidak hanya ada di China. Di Rusia, banyak warga yang dijadikan influencer untuk bisa menyebarkan pesan politik pemerintah. Bahkan di Amerika, pendukung Hillary Clinton pernah mengatakan adanya investasi senilai US$1 juta untuk membantu kampanye mantan ibu negara itu dalam meraih kursi presiden AS. Tugas mereka adalah melindungi Clinton dari imej negatif di dunia maya.