Operator Keluhkan Perangkat 4G Abal-Abal

Indonesia LTE Conference
Sumber :
  • Mitra Angelia/Viva.co.id

VIVA.co.id – Sejumlah operator lokal, seperti Telkomsel, XL, 3, Indosat Ooredo, dan Smarfren, curhat mengenai kendala yang dihadapi di era 4G LTE. Masalah yang dihadapi rata-rata terkait beredarnya perangkat yang mendukung 4G namun 'abal-abal'.

Rilis 3 Smartphone 4G, Meizu Andalkan Sistem Operasi Flyme

Masalah tersebut ternyata membawa dampak ke operator. Device yang 'abal-abal' membuat pelanggan malah menyalahkan jaringan yang dianggap tidak mendukung.

"Ada handphone (4G) ilegal, merusak network operator," ujar VP Technology Planning Telkomsel , Ivan C Permana saat pemaparan di Balai Kartini, Jakarta, Rabu, 18 Mei 2016.

80 Persen Trafik 4G Bakal Didominasi Video

Menjawab keluhan operator tersebut, Rudiantara menyatakan, Kominfo telah mendiskusikan hal tersebut dengan Menteri Perdagangan, Thomas Lembong. Sebab pencabutan dan distribusi berada di bawah naungan Kementerian Perdagangan.

"Ada beberapa kali diblok. Ada yang jual dari marketplace. Ketahuan, kami tarik. Kami surati, (perangkat itu) tidak boleh diedarkan," ujar pria yang akrab disapa Chief RA itu.

2022, Jumlah Pelanggan 5G Capai 550 Juta

Mengenai produsen smartphone ilegal itu ada di Indonesia, Kominfo pun telah mengambil tindakan.

"Ya, sudah saya lapor ke (kementerian) perdagangan. Yang harus mencabut (kementerian) perdangangan," kata dia.

Tantangan Besar di Era 4G LTE

Diskusi yang diadakan komunitas LTE di Indonesia itu merumuskan banyaknya persoalan yang harus dihadapi untuk keberlangsungan teknologi tersebut ke depannya. Dikatakan Rudiantara, teknologi yang dibangun dengan biaya tidak sedikit ini harus dikawal dan dijaga agar betul-betul bisa dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat di Indonesia.

Di sisi operator, misalnya, tantangannya adalah menjaga performa jaringan dan pengalaman pengguna seiring dengan tingginya lonjakan data, maraknya layanan over the top (OTT), kejelasan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN), regulasi yang masih kurang adaptif terhadap inovasi teknologi, dan berbagai macam inovasi yang berpotensi disruptif yang akan muncul ke depannya.

"Perkembangan teknologi telekomunikasi, khususnya akses  data berkecepatan tinggi 4G LTE (Long Term Evolution), yang kini masuk dalam fase komersialisasi memang perlu  dijaga dan dikawal. Targetnya, adanya teknologi yang dibangun dengan biaya yang tidak sedikit tersebut, betul-betul bisa dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat Indonesia," kata Rudiantara.

Ilustrasi/Perawatan Base Transreceiver Station (BTS) 4G.

Rebut Pasar 4G+, Bolt Perbanyak BTS

Bolt targetkan kecepatan layanan internetnya mencapai 500 Mbps

img_title
VIVA.co.id
23 Februari 2017