Beda Enkripsi WhatsApp dan BlackBerry Messenger
- REUTERS/Mal Langsdon
VIVA.co.id - Fitur keamanan enkripsi yang melindungi pengguna aplikasi digital sedang menjadi topik hangat. WhatsApp teranyar sudah mengumumkan enkripsi end to end pada layanan mereka yang melindungi privasi data pengguna. Enkripsi end to end memastikan data pengguna tak bisa disadap secara sembarangan oleh pihak yang tak berwenang.
Sebelum WhatsApp, layanan messaging yang sudah terkenal dengan enkripsinya adalah BlackBerry Messenger (BBM). Bahkan enkripsi BBM itu dikenal sebagai yang paling aman di dunia.
Pengamat digital forensik Indonesia, Ruby Alamsyah mengatakan sistem kerja enkripsi WhatsApp dan BBM kurang lebih secara teori adalah sama. Keduanya menerapkan enkripsi end to end.
"Tinggal masalahnya, (apakah) masing-masing pihak merahasiakan atau tidak mempublikasikan," kata pakar kelahiran Jakarta itu kepada VIVA.co.id, Kamis malam, 7 April 2016.
Ruby menjelaskan, untuk sistem kerja keamanan pada BBM, diketahui BlackBerry secara legal menyimpan data pengguna enam bulan ke belakang. Nah, bila diperlukan oleh penegak hukum, maka pengalaman selama ini BlackBerry selalu bisa bekerja sama.
Menurut catatan Ruby, dalam hal kerja sama dengan penegak hukum, BlackBerry cukup kooperatif dalam mengungkap data percakapan penggunanya. Untuk itu, Ruby berpandangan, WhatsApp juga bisa mencontoh BlackBerry.
"Pertama, dia (WhatsApp) end to end encryption, untuk user secara umum. Tapi kalau ada penegak hukum yang minta, WhatsApp tetap bisa memberikan data tersebut ke penegak hukum, asal sesuai prosedur, agar legal, seperti itu," katanya.
Menurut pengakuan BlackBerry pusat yang pernah berdialog dengannya, perusahaan asalĀ Waterloo-Ontario, Kanada itu membeberkan mereka akan memberikan data pengguna kepada penegak hukum mana pun di dunia yang membutuhkan. Dengan catatan, permintaan data itu sesuai dengan prosedur dan aturan yang berlaku.
Ruby mengatakan, dalam pengakuannya, penegak hukum Kanada sudah terbiasa membuka data pada BBM. Proses membuka data itu memang butuh waktu berhari-hari.
"Mereka sudah terbiasa membuka data itu. Bahkan cuma butuh tiga sampai empat hari, karena mereka cukup biasa, tiap hari meminta data tersebut," ujar dia.
Sementara itu, terkait akses enkripsi, WhatsApp sudah memberikan tanda bahwa tidak ada yang bisa menyadap atau membuka data riwayat komunikasi pengguna.
Pendiri WhatsApp, Jan Koum dan Brian Acton dalam pengumumannya di blog perusahaan menuliskan, layanan yang terenkripsi pada WhatsApp mengusung gagasan yang sederhana. Yaitu pengguna mengirimkan pesan, dan hanya orang tertentu yang bisa membaca pesan percakapan grup atau personal yang telah dikirimkan. Bahkan WhatsApp pun menegaskan tidak bisa membaca pesan penggunanya.
"Tidak ada orang yang bisa melihat pesan, bukan penjahat siber, bukan peretas. Juga bukan rezim penindas, bahkan kita juga," tulis keduanya.