Era Digital, Media TV dan Koran Dikhawatirkan Cepat 'Punah'

Ilustrasi menonton televisi.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Dengan kemajuan era digital yang semakin berkembang pesat, sebagian besar aktivitas dilakukan ‘berbau’ internet. Hal yang sudah menjadi pemandangan umum sehari-hari yaitu bagaimana cara seseorang mencari sumber berita.
 
Kebanyakan orang kini beralih mencari sumber berita melalui online atau dikenal dengan berita online. Nah, ternyata memang benar, itu terbukti oleh survei yang dilakukan Indonesian Digital Association (IDA).
 
Riset yang dijalankan oleh lembaga riset global, Growth for Knowledge (GfK), Rabu 16 Maret 2016, menunjukkan konsumsi berita melalui ponsel mengungguli sumber berita lewat televisi, koran dan radio. Nilainya, konsumsi berita lewat telepon genggam (96 persen), televisi (91 persen) dan surat kabar (31 persen).
 
Dengan era digital yang kian maju, Ketua IDA, Edi Taslim mengatakan, televisi dan koran atau radio harus menjawab tantangan yang ada sekarang.
 
Nah, bagaimana shifting konsumsi juga diamati oleh televisi, koran, majalah, supaya mereka juga tahu bahwa pasti akan berkurang. Tidak akan mematikan selama bisa menjawab tantangan,” ucap Edi di Gedung Menara Palma, Rabu 16 Maret 2016.
 
Ia menambahkan, tiap media pemberitaan, punya keunggulan masing-masing. Seperti televisi dengan realitas visual-nya, koran dengan kupasan informasi yang mendalam, serta dalam bentuk cetak yang terkadang beberapa pembaca lebih nyaman membacanya.
 
“Tapi kalau kemudian tidak meng-embrace (menggandeng) teknologi dan lain-lain malah mungkin lebih cepat hilangnya,” tutur Edi.
 
Kemudian, ia pun mencontohkan salah satu surat kabar yang mulai mengadopsi teknologi. Yaitu membuat koran dalam versi digital.
 
“Paling tidak kita melihat, Kompas. Orang suka koran, online, dan juga e-paper model seperti koran. Karena mereka ingin melihat, looking and feel, secara koran. Tapi dibacanya secara digital. Itu tadi, menjadi perusahaan media di era sekarang bukan lagi menjadi platform oriented, tapi menjadi distribution oriented,” jelas Edi. (ren)

Menteri Ini Bilang Google Sepakat Bayar Rp1,5 Triliun Tiap Tahun