Kasus Iklan Serobot Berujung 'Sepakat Tidak Sepakat'
- Dok. Pribadi
VIVA.co.id – Ketua Indonesian Digital Association (IDA), Edi Taslim mengungkapkan, mediasi terkait kasus iklan serobot yang dilakukan oleh operator Telkomsel dan XL Axiata, yang telah bergulir selama satu setengah tahun ini berujung antiklimaks, dengan kalimat ‘sepakat tidak sepakat’
Diketahui, kasus iklan serobot ini muncul pada akhir 2014. Para pemain digital mengeluhkan ada ketidakadilan dengan iklan yang dimunculkan operator saat loading. Menurut IDA, operator tak bisa melakukan pemasangan iklan begitu saja, mestinya operator jika mengiklan harus mendaftar pada iklan digital.
“Sepakat tidak sepakat, karena pihak operator tetap menganggap bahwa user yang menggunakan mobile phone dan mengakses aplikasi-aplikasi, media-media online, atau apapun itu adalah user mereka. Sehingga, enggak ketemu, kita merasa bahwa itu user kita, mereka sudah membayar data, paket ke operator. Kenapa mereka user diberikan lagi iklan tanpa sepengetahuan mereka,” jelas Edi kepada VIVA.co.id di Gedung Menara Palma, Jakarta, Rabu 16 Maret 2016.
Maka, ia berharap, agar pemerintah mengatur aturan terkait iklan serobot oleh para operator. Sebab, menurutnya, selain dianggap operator tidak punya hak untuk menyerobot iklan, sisipan iklan mereka itu juga dinilai telah melanggar hak pemilik situs, atau website.
“Menurut saya, indikasi harus segera dibahas oleh pemerintah ya. Enggak mungkin operator boleh melakukan itu tanpa harus ada aturan khusus,” tegasnya.
Sebagaiaman diberitakan sebelumnya, dalam polemik iklan tersebut, ada dua hal yang dipersoalkan, yaitu Interstitial ads dan Off-deck ads. Kedua layanan inilah yang disebut sebagai Intrusive Ads, atau iklan serobot. Layanan ini diperdebatkan, karena menyusupkan iklan di antara jeda loading saat pengguna ingin mengunjungi sebuah situs.
Pemilik situs, yang kebanyakan tergabung dalam IDA beserta Indonesian e-Commerce Association (idEA) merasa perusahaan telekomunikasi telah menyusupi iklan ke dalam situs milik mereka demi keuntungan sepihak. Konsumen pun banyak yang mengeluh karena akses internet semakin lambat.
Sementara itu, di sisi operator, mereka menganggap jaringan tersebut adalah ‘jalanan pribadi’ yang bisa dimanfaatkan semau mereka. Bahkan, mereka tidak menganggap layanan iklan itu sebagai penyebab lemot. Justru mereka memberikan ‘bonus’ kepada pelanggan, agar tidak bosan menunggu proses loading yang lama. (asp)