Sistem Ini Bikin Misi ke Planet Mars Cukup Tiga Hari
- SciTechDaily
VIVA.co.id – Peneliti Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Philip Lubin, meyakini misi perjalanan dari Bumi ke planet Mars akan bisa ditempuh dalam waktu yang cukup singkat, hanya tiga hari.
Kunci untuk bisa membawa misi ke Mars dalam waktu singkat itu adalah sistem layar raksasa berbasis laser yang mendorong pesawat antariksa ke luar angkasa. Dengan cara itu, maka misi bisa sampai dalam tiga hari di planet tetangga Bumi.
Dikutip dari Science Alert, Selasa, 23 Februari 2016, Lubin mengatakan sistem laser pendorong itu tergantung pada momentum foton (partikel cahaya) untuk menggerakkan pesawat antariksa. Namun dalam ide Lubin tersebut, bukan menggunakan foton dari sinar Matahari, tapi dengan pendorong laser raksasa berbasis Bumi.
"Ada kemajuan teknologi saat ini untuk bisa mengubah sains fiksi menjadi realitas sains. Tidak ada alasan yang dikenali kenapa kita tak bisa melakukan ini," ujar Lubin dalam penjelasannya di video NASA 360.
Lubin mengatakan, partikel cahaya memiliki energi dan momentum saat memantul pada sebuah objek. Disebutkan momentum bisa tercipta saat pantulan masih dalam dorongan yang kecil, tapi begitu besar nanti akan merefleksikan pada layar. Skema ini memungkinkan menghasilkan momentum besar yang secara gradual mengakselerasi pesawat antariksa.
Memang, tim Lubin belum mencoba sistem mereka. Tapi kalkulasi mereka menunjukkan pendorong foton bisa mengirimkan pesawat robotik 100 kilogram ke Mars dalam waktu tiga hari.
Sedangkan untuk pesawat ruang angkasa yang besar, misalnya pesawat berawak, diperkirakan butuh waktu sekitar sebulan, atau seperlima waktu yang dibutuhkan roket paling super di dunia, Space Launch System (SLS).
Lubin menjelaskan, dalam waktu 10 menit SLS meluncur untuk sampai ke orbit, sistem pendorong fotonnya bisa membawa pesawat ruang angkasa setara dengan 30 persen kecepatan cahaya.
Dikatakan Lubin, benefit nyata dari pendorong foton ini adalah jarak yang sangat jauh dari misi ruang angkasa. Diketahui, pesawat ruang angkasa selama ini butuh waktu untuk mencapai kecepatan tertentu sebelum akhirnya nanti membawa awak ke luar bumi.
Lubin menegaskan karena ini masih dalam penyelidikan, sejatinya sistem pendorong laser ini tak dirancang untuk mengiriman manusia ke jarak interstellar, yang sangat jauh di luar Tata Surya.
"Faktor manusia menjelajahi bintang terdekat dan planet luar Tata Surya akan menjadi perjalanan yang mendalam bagi umat manusia. Ini adalah waktu untuk memulai perjalanan tak terelakkan di luar rumah kita (Bumi)," jelas dia.
Ungguli sistem konvensional
Sistem pendorong fotonik ini dikatakan lebih baik dibandingkan dengan sistem peluncuraan konvensional pesawat antariksa saat ini.
Sistem yang dipakai saat ini yaitu memanfaatkan dorongan dari pembakaran bahan bakar roket. Sistem ini dikatakan sangat boros dibandingkan dengan akselerasi pesawat dengan skema elektromagnetik. Sebab, sistem elektromagnetik menggunakan cahaya atau radiasi elektromagnetik lainnya untuk mengakselerasi objek.
Tapi sama saja, akselerasi elektromagnetik juga punya keterbatasan kecepatan cahaya saat sistem sedangkan sistem kimia terbatas dengan energi yang dihasilkan dari proses kimia.
Akselerasi elektromagnetik, di sisi lain juga butuh peralatan yang sangat mahal, misalnya untuk menciptakan cincin magnet superkonduktif. Kelemahan lainnya, sistem elektromagnetik ini tidak mudah untuk ditingkatkan ukurannya.
Sedangkan sistem pendorong yang dianggap jadi andalan dan menarik perhatian selama ini, EM Drive, menurut ilmuwan NASA, skema itu belum bisa menemukan bagaimana skema itu bisa bekerja dan belum ada pembuktikan anomali eksperimennya. Â
Beruntungnya, kini Lubin dan timnya mengaku NASA telah memberikan dana hibah untuk menunjukkan pendorong fotonik tersebut.