Studi: Teman di Facebook Mayoritas Tak Peduli Kondisi Anda
- REUTERS/Dado Ruvic
VIVA.co.id – Sebuah studi menunjukkan teman di Facebook ternyata mayoritas tak peduli dengan kondisi pengguna. Kesimpulan ini muncul dalam studi baru yang dilakukan oleh pakar psikologi eksperimental Universitas Oxford, Inggris, Robin Dunbar.
Dikutip dari Engadget, Selasa, 26 Januari 2016, studi itu ingin menguji dan membandingkan dengan studi sebelumnya tentang hubungan pertemanan di dunia nyata.
Studi Dunbar tentang dunia nyata sebelumnya menunjukkan, orang hanya bisa mempertahankan sekitar 150 hubungan saja. Nah, dalam studi ini mengukur dan membuktikan dengan hasil studi dunia nyata tersebut.
Pada studi terbaru, Dunbar mengambil sampel 3375 pengguna Facebook di Inggris, dengan usia antara 18 sampai 65 tahun.
Setelah dianalisa, rata-rata pengguna yang masuk sampel tersebut memiliki 150 pengikut di Facebook. Tapi dari ratusan pengikut itu, responden hanya memiliki teman Facebook yang setia tidak lebih dari lima teman.
Tercatat hanya 4,1 teman dari pengikut yang peduli selama pengguna mengalami krisis emosional dan hanya 13,6 teman Facebook saja yang menyatakan simpati atas apa yang terjadi pada pengguna.
Hasil itu menunjukkan gambaran hubungan pertemanan di Facebook tak jauh berbeda dengan studi sebelumnya.
"Ukuran dua lingkungan pertemanan dalam ini tidak jauh beda dengan studi sebelumnya yang diidentifikasi dengan sampel secara offline," kata Dunbar.
Dia mengatakan pengguna yang online di media sosial secara sering tidak memiliki jejaring sosial offline yang lebih luas dibandingkan pengguna biasa. Padahal, pengguna pecandu di situs media sosial online itu lebih sering online dibanding pengguna biasa.
Maka dengan kondisi tersebut, menurut studi itu, tak mengherankan jika pengguna usia muda lebih punya banyak teman jejaring sosial online sedangkan pengguan yang lebih tua sebaliknya, lebih banyak punya teman dalam dunia nyata.
Dunbar menganalisa penjelasan yang bsia menjelaskan fenomena tersebut yaitu kenyataan bahwa jejaring sosial biasanya mendorong pertemanan individu secara sembarangan, tanpa selektif.
"Yang mana itu sering memiliki jaringan yang lemah untuk Anda," kata dia.
Atas hasil studi itu, menurut Dunbar, sangat jelas mengonfirmasi pola hubungan manusia pada era digital saat ini, yang mana makin sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.
"Setiap dari kita punya keterbatasan waktu dan kapasitas emosional untuk berinteraksi sosial, terlepas apakah kita sedang online atau tidak," jelas dia.
Meski terkesan buruk bagi hubungan sosial, tapi kata Dunbar, ada satu keuntungan dari adanya situs jejaring sosial. Situs semacam Facebook, kata dia, memungkinkan orang yang sibuk sekalipun tetap menjaga kontak dan persahabatan untuk berbagi kisah dan cerita.
Tapi bagi Dunbar, menjaga kontak dan pertemanan di situs jejaring sosial tidaklah cukup. Sebab seringkali teman di Facebook dan sejenisnya secara alami akan didiamkan dan tak tersentuh maupun tersapa.
"Mereka (teman di jejaring sosial) pada akhirnya akan mati secara alami jika mereka tidak sesekali diperkuat dengan interaksi tatap muka," kata Dunbar. (ase)