APJII Minta Pengguna RI Peduli Aplikasi Lokal
- Dokumentasi Pribadi
VIVA.co.id - Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkapkan kenapa Indonesia menjadi ladang emas bagi pasar dunia, termasuk soal aplikasi. Kondisi ini dikarenakan Indonesia telah menjadi pasar potensial bagi perusahaan teknologi global.
Ini terbukti dari tingginya pengguna internet di Indonesia mencapai 88,1 juta dari 252,4 juta jumlah penduduknya. Dengan posisi demikian, Indonesia menjadi pasar menggiurkan bagi aplikasi global.
Bahkan, dikatakan APJII, Indonesia setiap tahunnya “menyumbang” Rp14 triliun untuk aplikasi global, seperti Facebook sebesar US$500 juta, Twitter US$180 juta, dan LinkedIn US$90 juta.
Sayangnya, di saat aplikasi global makin tenar, aplikasi lokal yang mulai bermunculan akhir-akhir ini, ketenarannya masih kalah dibandingkan aplikasi global. Maka dari itu, disampaikan APJII, sebaiknya masyarakat Indonesia memberikan kesempatan bagi aplikasi lokal untuk lebih berkembang lagi.
“Secara teknologi, aplikasi lokal tak kalah. Hanya waktu mereka datang saja yang kurang tepat. Masyarakat Indonesia sudah telanjur menggunakan aplikasi luar," kata Sekretaris Jenderal APJII, Henri Kasyfi dalam siaran persnya, Senin 25 Januari 2016.
Dia mengatakan, jika tiba-tiba aplikasi global diblok, banyak masyarakat yang protes, karena data-data mereka sudah telanjur tersimpan pada sistem aplikasi tersebut.
"Bisa dibilang aplikasi lokal seperti bayi yang bersaing dengan orang dewasa yang sudah banyak pengalaman,” tutur dia.
Ia mencontohkan, beberapa media sosial global yang dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia untuk berkomunikasi, yakni WhatsApp, Facebook, BlackBerry Messenger (BBM), dan lainnya. Padahal, kata Henri, awal kehadiran aplikasi tersebut banyak kekurangan, tetapi karena banyak yang menggunakannya, maka banyak yang memberi masukan kekurangan-kekurangannya itu.
Namun, beda persoalan yang dihadapi oleh aplikasi lokal. Henri menyayangkan sikap masyarakat Indonesia yang hanya selintas menginstal aplikasi lokal. Sesudah itu, dalam waktu yang tak lama kemudian, sudah dicopot.
Untuk itu, APJII bersama pihak lainnya mencoba menggenjot aplikasi lokal yang bisa diperhitungkan dan bersaing dengan aplikasi global dengan membentuk ekosistem digital melalui Liga Digital. Ajang ini diselenggarakan pekan kemarin dengan tema “Mobile Developers Gathering (MDG)”.
Pihak yang terlibat dalam liga tersebut, yakni APJII, Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia (Mikti), Klik Indonesia, dan Teknopreneur Indonesia.
Diketahui, liga ini dibentuk bertujuan untuk memunculkan aplikasi-aplikasi nasional unggulan yang selanjutnya didorong bersaing dengan aplikasi-aplikasi global. Munculnya aplikasi lokal ini sekaligus memperkuat keberadaan ekosistem digital nasional.
Selain itu, liga ini dibentuk agar jumlah dan kualitas pengembang lokal meningkat, sehingga menambah daya saing.
Nantinya, aplikasi mobile tersebut akan disediakan platform, sehingga dapat membantu peserta di tahap awal masuk ke pasar. Liga Digital dibagi dalam lima kategori, yaitu permainan, komunikasi atau sosial media, produktivitas, edukasi dan lainnya.
Adapun para pemenang Liga Digital 2015 dari lima kategori adalah:
- Toyo Wiyatno, SPD (Toyo Studio), aplikasi “Solusi Matematika SD” (kategori edukasi)
- M. Tesar Sandikapura (LiteBig Messenger), aplikasi 'LiteBig Messenger' (kategori komunikasi/sosial media).
- Valent (Agate Studio), aplikasi “Upin & Ipin Demi Metromilenium” (kategori permainan).
- Damar Riyadi (Raja Ongkir), aplikasi “RajaOngkir” (kategori produktivitas).
- Mychael Christian Go (Cek KTP), aplikasi “CekKTP” (kategori lainnya).