'Ada Udang' di Balik Aksi Dermawan Bos Facebook
- Facebook/Mark Zuckerberg
VIVA.co.id - CEO Facebook, Mark Zuckerberg beserta istri, sepakat untuk mendonasikan hampir seluruh sahamnya ke badan amal. Mereka membentuk perusahaan filantropi bernama Chan Zuckerberg Initiative.
Usai mengumumkan hal ini, banyak komentar yang beredar di dunia maya. Kebanyakan mereka menganggap Zuckerberg dan istrinya sangat dermawan, sampai-sampai 99 persen sahamnya didonasikan untuk badan amal. Hanya sedikit yang menganggap Zuck memiliki niat buruk untuk melindungi kekayaannya.
Hanya mereka, yang mengerti mengenai bisnis dan pengelolaan pendapatan perusahaan, yang berpikiran bahwa Zuck ingin menghindari pajak perusahaan. Bagaimana tidak, dengan 99 persen saham, atau kekayaan setara US$45 miliar, berapa banyak pajak yang harus dibayar Zuck dan istrinya setiap tahun.
Mengingat sang istri, Priscilla Chan, berasal dari China, banyak pengguna jejaring sosial Weibo yang mengungkapkan 'ada udang' di balik aksi dermawan kedua pasangan ini.
Di negara yang penuh dengan korupsi dan skandal, banyak warga China yang tidak percaya dengan aksi organisasi amal dan orang kaya dermawan macam Zuck ini.
"Mungkin dia hanya ingin melakukan apa yang dilakukan oleh para jutawan di Amerika, mendirikan yayasan amal hanya sebagai kedok untuk menghindari pajak," ujar salah satu komentar, dilansir melalui AsiaOne, Kamis 3 Desember 2015.
Komentar lainnya mengatakan, Zuck hanya ingin memindahkan bisnisnya dari perusahaan pencari untuk menjadi perusahaan amal.
Pengacara urusan pajak dan kontributor Forbes.com, Robert Wood, mengatakan bila merujuk pada aturan pajak federal yang berlaku, dengan rencana 'dermawan' ini, Zuck dan Chan akan mendapatkan kredit yang sama dengan nilai pasar Facebook di hari mereka mendonasikan saham tersebut ke organisasi amal yang dibangun.
Di tahun berikutnya, mereka bisa menggunakan kredit itu untuk meraih pendapatan yang belum mereka dapatkan, mirip dengan gaji yang didapat Zuck dari Facebook dan pembayaran dividen. Mengingat, Zuck mendominasi kepemilikan saham, kredit yang ia dapatkan pun masih sangat besar.
"Aksi dermawan ini juga merupakan langkah yang baik untuk efisiensi pajak," ujar Wood.
Penghindaran pajak dan tujuan 'negatif' lainnya hampir sama dengan yang dilakukan para orang kaya di Amerika. Bill Gates membentuk yayasan amal bertajuk Bill and Mellinda Gates Foundation.
Demikian juga dengan Warren Buffet. Semua tidak lain hanya ingin menghindari pajak pendapatan dari kekayaan yang dimiliki perusahaannya yang sangat ternama.
Pendapat berbeda dilontarkan profesor public affairs and philanthropy di Indiana University, Leslie Lenkowsky. Dia mengatakan, filantropi milik Zuck tidak sama dengan yayasan dermawan tradisional milik Gates atau pun Buffet.
Yayasan-yayasan yang didirikan kedua orang kaya itu biasanya mendukung organisasi non-profit. Mereka diwajibkan untuk membayar sedikitnya lima persen dari aset yang mereka miliki tiap tahun. Sedangkan yayasan yang dibuat Zuck dan Chan tidak demikian.
"Yayasan Zuck tidak sama dengan filantropi tradisional lain. Sepertinya, mereka ingin meraih tujuan filantropik menggunakan sebuah model bisnis. Yayasan nonprofit seperti milik Gates tidak wajib membayar pajak, namun yayasan milik CEO Facebook tetap harus membayar pajak dari profit yang dihasilkan," ujar Lenkowsky, dikutip dari New Yorker.
Sebelumnya, Zuckerberg mengatakan dia akan mendedikasikan kekayaannya, dari 99 saham di Facebook yang bernilai US$45 miliar untuk yayasan amal. Dia akan menginvestasikan US$1 miliar dari sahamnya setiap tahun selama tiga tahun ke depan untuk membangun yayasan Chan Zuckerberg Initiative. (asp)