Di AS, Google Uji Coba Project Loon Tahun Depan
Kamis, 26 November 2015 - 11:51 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Agus Tri Haryanto
VIVA.co.id
- Google tampaknya berencana untuk menguji project loon di seluruh Amerika Serikat (AS) secara diam-diam. Hal ini terungkap dari dokumen baru yang telah diajukan ke Federal Communications Commission (FCC).
Perusahaan teknologi itu telah meminta FCC untuk mengeluarkan lisensi uji coba radio menggunakan spektrum nirkabel di bandwidth milimeter. Ada sekitar 50 negara bagian AS dan Puerto Rico yang menjadi target uji coba Google Loon.
Dikatakan dalam proposal itu, Google ingin menguji balon internetnya mulai 1 Januari 2016 hingga jangka waktu 24 bulan ke depan, atau sekitar 2 tahun lamanya.
Dilansir Business Insider, Kamis, 26 November, dalam pengajuannya itu, Google ingin menggunakan rentang frekuensi 71 GHz sampai 76 GHz dan 81 GHz sampai 86 GHz. Spektrum tersebut dianggap sebagai frekuensi gelombang milimeter yang ideal untuk transmisi data dalam jumlah besar, meskipun jaraknya pendek.
Dalam kata lain, penggunaan Google tak main-main soal balon internetnya itu. Sebab, dengan pemanfaatan gelombang radio milimeter itu akan menjadikan balonnya Google serupa menara Base Tranceiver Station (BTS) yang berjalan di dunia. Rentang spektrum yang dipilih juga memungkinkan komunikasi antarbalon untuk memancarkan teknologi Long Term Evolution (LTE) ke Bumi.
Dalam dokumen sebelumnya, Google berencana untuk menguji project loon itu di kota kecil beranama Winnemucca, AS. Kota itu cukup terpencil dengan terletak di negara bagian Nevada. Pada Agustus 2014 lalu, Google sudah mengajukan kepada FCC untuk menguji balon internet di daerah tersebut.
Sementara pada bulan Oktober kemarin, Google juga telah menjalin kerjasama dengan tiga operator telekomunikasi Indonesia, yakni Telkomsel, Indosat Ooredoo, dan XL Axiata dalam pengujian project loon di berbagai wilayah Tanah Air.
Kerjasama uji coba itu akan berlangsung 2016, dengan menyasar di berbagai wilayah terpencil dan pulau terluar. Balon internet Google ini akan beroperasi di atas ketinggian 60-90 ribu kaki.
Google yakin bahwa project loon ini akan memberikan dampak yang signifikan dengan pendapatan mencapai miliaran dolar.
Baca Juga :
Apa Kabar Balon Internet Google untuk Indonesia?
Dilansir Business Insider, Kamis, 26 November, dalam pengajuannya itu, Google ingin menggunakan rentang frekuensi 71 GHz sampai 76 GHz dan 81 GHz sampai 86 GHz. Spektrum tersebut dianggap sebagai frekuensi gelombang milimeter yang ideal untuk transmisi data dalam jumlah besar, meskipun jaraknya pendek.
Dalam kata lain, penggunaan Google tak main-main soal balon internetnya itu. Sebab, dengan pemanfaatan gelombang radio milimeter itu akan menjadikan balonnya Google serupa menara Base Tranceiver Station (BTS) yang berjalan di dunia. Rentang spektrum yang dipilih juga memungkinkan komunikasi antarbalon untuk memancarkan teknologi Long Term Evolution (LTE) ke Bumi.
Dalam dokumen sebelumnya, Google berencana untuk menguji project loon itu di kota kecil beranama Winnemucca, AS. Kota itu cukup terpencil dengan terletak di negara bagian Nevada. Pada Agustus 2014 lalu, Google sudah mengajukan kepada FCC untuk menguji balon internet di daerah tersebut.
Sementara pada bulan Oktober kemarin, Google juga telah menjalin kerjasama dengan tiga operator telekomunikasi Indonesia, yakni Telkomsel, Indosat Ooredoo, dan XL Axiata dalam pengujian project loon di berbagai wilayah Tanah Air.
Kerjasama uji coba itu akan berlangsung 2016, dengan menyasar di berbagai wilayah terpencil dan pulau terluar. Balon internet Google ini akan beroperasi di atas ketinggian 60-90 ribu kaki.
Google yakin bahwa project loon ini akan memberikan dampak yang signifikan dengan pendapatan mencapai miliaran dolar.
Baca Juga :
Kata Google Soal Hapus Palestina dari Maps
Google tak pernah menuliskan Palestina di Maps.
VIVA.co.id
10 Agustus 2016
Baca Juga :