Ini Lima Anak Muda Inisiator Perubahan di Dunia Maya
- Change.org
VIVA.co.id - Guna memperingati semangat Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober, platform petisi online, Change.org, turut menyertakan pemuda-pemuda yang dianggap sebagai inisiator perubahan.
Sebagai wadah petisi online, Change.org selalu kebanjiran gugatan dari masyarakat yang ingin melakukan perubahan, dari upaya penyelamatan lingkungan, demokrasi, kampanye antikorupsi, hingga isu lainnya.
Pengelola Change.org telah merangkum generasi muda yang dianggap sebagai penggerak perubahan. Dari ratusan juta yang melakukan petisi di lamannya, setidaknya ada lima orang yang termasuk ketegori inisiator.
Communications Director Change.org, Desmarita Murni, mengatakan, pihaknya mencatat setidaknya ada lima pemuda-pemudi pelopor perubahan. Mereka secara aktif menggerakkan warga di sekelilingnya untuk bersuara, mendukung kampanye-kampanye melalui petisi online.
"Dari meningkatkan akses internet bagi warga di wilayah timur Indonesia, gerakan antikorupsi anak muda, hingga toleransi antarumat beragama," ujar Desmarita dalam keterangan tertulisnya, Rabu 28 Oktober 2015.
Berikut, lima pemuda inisiator perubahan yang dirangkum oleh pihak Change.org:
Djali Gafur
Djali begitu ia biasa dipanggil, lahir di Ambon 11 Januari 1985. Sehari-hari Djali aktif bekerja sebagai peneliti di Maluku Institute, sebuah lembaga yang fokus pada kajian kebijakan publik dan pembangunan ekonomi, khususnya masyarakat di pesisir Maluku.
Berawal dari kekecewaannya atas tarif data internet di wilayah timur Indonesia yang berkali lipat, jika dibandingkan tarif di wilayah barat, Djali memulai petisi di Change.org, meminta perusahaan provider telekomunikasi terkemuka dan Menkominfo Rudiantara menurunkan tarif internet bagi rakyat, khususnya di wilayah timur.
Menurut dia, akses internet sangat penting agar masyarakat di wilayah timur dapat terus berkembang dan tidak tertinggal.
“Warga di sini butuh akses internet yang manusiawi, murah lebih baik, lelet dikit enggak masalah, biar akses informasi, pendidikan, pariwisata, pemerintahan, industri kreatif dan geliat ekonomi bisa hidup," tulisnya dalam petisinya www.change.org/telkomsel.
Atas dukungan masyarakat, petisi Djali akhirnya didengar. Menteri Rudiantara menanggapinya langsung dan memanggil pihak-pihak terkait guna mencari solusi. Provider internet yang dipetisi Djali akhirnya menurunkan tarif data Internet per 11 September 2015. Penurunan tarif dimulai dari 4,3 persen hingga 34 persen yang disesuaikan dengan tarif dan zona.
Suryo Bagus Tri Hatmojo
Suryo bersama rekan-rekannya alumni dari Sekolah Anti Korupsi (Sakti) menginisiasi petisi #JanganBunuhKPK di laman Change.org yang intinya menolak adanya revisi terhadap Undang-Undang KPK. Suryo yang lahir di Surakarta, 14 Agustus 1991 ini mengaku geram melihat berbagai upaya pelemahan terhadap KPK.
“Revisi UU KPK ini belum penting dilakukan. Sebaiknya DPR fokus untuk menyelesaikan tunggakan perumusan legislasi. Masih banyak UU lain yang mendesak untuk dibahas,” kata Suryo.
Mahasiswa STF Driyarkara yang juga aktif sebagai editor di Obor Publisher ini juga aktif mengampanyekan petisi ini kepada rekan-rekan dalam lingkarannya. Hingga hari ini, petisi yang diinisiasi Suryo telah mendapatkan lebih dari 47 ribu tanda tangan.
Petisi selengkapnya dapat dibaca di www.Change.org/JanganBunuhKPK.
Selanjutnya, perjuangan pengidap HIV....
Ayu Oktariani
Selama 6 tahun terakhir, Ayu hidup dengan HIV positif dan hepatitis C. Kondisi tersebut tidak membuat ibu satu anak ini lantas putus asa dan kehilangan semangat. Perempuan mungil kelahiran 13 Oktober 1986 ini justru aktif berkampanye meningkatkan kesadaran masyarakat tentang HIV/AIDS bersama dengan rekan-rekannya di Indonesia AIDS Coalition.
Bersama rekan-rekannya di Koalisi Obat Murah, Ayu juga aktif mendorong akses obat hepatitis C murah/generik bagi masyarakat. Juni lalu, Ayu memulai petisi di Change.org meminta Menteri Kesehatan Nila Moeloek agar dapat menyediakan obat murah (generik) jenis Sofosbuvir untuk pasien Hepatitis C.
Meskipun petisi tersebut belum sepenuhnya dikabulkan, belum lama ini Kemenkes telah mengeluarkan sebuah Permenkes No.53 tahun 2015 mengenai penanggulangan hepatitis virus. Dengan Permenkes tersebut obat Sovosbuvir dapat diakses dengan JKN (Jaminan Kesehatan Nasional).
Petisi Ayu dapat dibaca di www.change.org/ObatHepC.
Yanto Huang
Yanto memulai petisi di Change.org menyusul penyerangan dan pembakaran sebuah rumah ibadah di Kabupaten Aceh Singkil. Dalam petisinya, pemuda 32 tahun kelahiran Jambi yang sudah menetap di Jakarta itu, meminta agar negara dapat menjamin kebebasan beribadah bagi warganya.
Menurut Yanto, konflik tersebut terjadi akibat adanya aturan diskriminatif yang dikeluarkan oleh pemerintah mengenai pembangunan rumah ibadah.
“Bagaimana dengan penganut agama minoritas di suatu daerah yang ingin beribadah? Ini bisa jadi landasan penindasan kaum minoritas,” kata Yanto dalam petisinya.
Untuk itu, ia mendesak Presiden Jokowi mencabut Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan Nomor 8 Tahun 2006.
“Dengan semangat sumpah pemuda ini, saya ingin mengajak semua pemuda di Indonesia untuk kembali lagi membulatkan tekad menjaga persatuan bangsa, terlepas dari perbedaan suku, ras, agama, dan golongan. Jangan biarkan kita terkotak-kotak dan mudah dipecah belah berdasarkan mayoritas suku atau agama. Apa pun suku dan agama, kalau orang Indonesia, kita bersaudara. Kita tunjukkan kalau masyarakat Indonesia masih menjunjung tinggi Bhinneka Tunggal Ika,” tulis Yanto.
Hasna Pradityas
Hasna Pradityas, atau akrab disapa dengan panggilan Tyas, adalah salah seorang anak muda yang aktif berkampanye tentang bahaya rokok. Dara kelahiran Jakarta 21 November 1990 ini menjadi pegiat pengendalian tembakau dan membuat Komunitas Indonesia Bebas Rokok sejak 2013. Saat ini, lulusan Teknik Informatika Universitas Gunadarma ini aktif bekerja di Komnas Pengendalian Tembakau.
Bersama dengan rekannya almarhum Robby Indra Wahyuda, yang memulai petisi di Change.org tentang konvensi pengendalian tembakau, Tyas aktif mendorong pemerintah agar melakukan regulasi yang bertanggung jawab terhadap industri rokok lewat kampanye Smoke Free Agent.
“Meskipun Robby sudah tiada, saya dan teman-teman ingin terus menyuarakan kampanye pengendalian tembakau yang sudah dimulai Robby lewat petisinya. Agar perlindungan generasi muda terhadap bahaya rokok dapat dilakukan dengan mudah. Kami mendesak Presiden Jokowi untuk segera mengadopsi Konvensi Pengendalian Tembakau atau FCTC (Framework Convention on Tobacco Control),” tulis Tyas.
Petisi terkait pengendalian tembakau dapat diakses di www.change.org/dukungFCTC.