Pakar IT Usul Raditya Dika Jadi Duta Keamanan Siber
Jumat, 5 Juni 2015 - 00:54 WIB
Sumber :
VIVA.co.id
- Indonesia diketahui telah menjadi salah satu negara sasaran serangan siber serta program software jahat (malware). Guna menanggulangi serangan dunia maya tersebut, ada cara yang cukup simpel dimanfaatkan.
Mantan Ketua Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (ID SIRTII), Richardus Eko Indrajit, mengatakan karakter pengguna Indonesia pada platform media sosial bisa dijadikan strategi.
Baca Juga :
Zuckerberg: Kuartal Ini Bagus Berkat Video
Mantan Ketua Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (ID SIRTII), Richardus Eko Indrajit, mengatakan karakter pengguna Indonesia pada platform media sosial bisa dijadikan strategi.
"Kenapa media sosial di kita banyak? Karena kita ini kan suka berbagi, suka sharing, suka pamer, sehinga marketing yang paling bagus dari mulut ke mulut," ujar dia ditemui usai Simposium Nasional Cybersecurity di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis 4 Juni 2015.
Karakter suka berbagi itu kemudian bisa dimanfaatkan untuk instrumen pertahanan siber Indonesia.
Eko menyontohkan, dalam kasus seorang tertipu soal ATM, umumnya korban akan langsung berbagi pengalaman di media sosial. Karakter ini menurutnya bisa menjadi kekuatan sebagai pertahanan.
"Jadi nanti ada bahaya apapun, hal ini tak boleh dinafikan. Dipakai kekuatan ini untuk bisa membuat kita aman. Lebih cepat dan kita sama-sama bertahan," tuturnya.
Sisi lain pemanfaatan media sosial untuk pertahanan sekaligus penyadaran keamanan siber, yaitu melibatkan duta dari unsur figur publik.
Eko mengusulkan agar pemerintah atau Badan Cyber Nasional nanti mengangkat tokoh publik yang memiliki pengikut banyak untuk mengampanyekan keamanan siber.
"Misalnya akun Twitter yang followernya banyak, sebutlah Raditya Dika, jadikan saja dia sebagai duta. Ini yang dimaksud postur gerilya, pertahanan rakyat semesta. Itu saya katakan postur Indonesia yang unik," ujarnya.
Namun demikian, pakar teknologi informasi itu mengatakan untuk mengelola hal itu perlu adanya sebuah komando yang menjadi pemimpin strategi.
"Jadi perlu pendekatan formal dan informal juga dalam hal ini," kata dia. (ren)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Kenapa media sosial di kita banyak? Karena kita ini kan suka berbagi, suka sharing, suka pamer, sehinga marketing yang paling bagus dari mulut ke mulut," ujar dia ditemui usai Simposium Nasional Cybersecurity di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis 4 Juni 2015.