Kepolisian Amerika Bayar Tebusan Pakai Bitcoin
- REUTERS/Shannon Stapleton
VIVA.co.id - Beberapa orang di institusi kepolisian Maine, Amerika, telah membuat kaya hacker. Mereka diperas dan diharuskan membayar tebusan menggunakan bitcoin.
Empat orang staf kepolisian di Maine, dan satu dari Lincoln County, selama ini telah berbagi jaringan komputer, yang pengelolaan file administratifnya dilakukan oleh sebuah perusahaan bernama BUrgess Computer.
Suatu ketika, seluruh sistem di komputer tersebut telah dienkripsi secara sengaja oleh kelompok hacker pemeras Megacode. Peretas mengancam tidak akan men-dekrip file dan sistem itu jika mereka mau membayar sejumlah uang tebusan.
Sebelumnya, para polisi itu berupaya untuk mengenkripsi file-file tersebut selama beberapa hari. Sayangnya, hal itu tidak berhasil. Seluruh sistem jaringan komputer di institusi itu mulai terinfeksi dan mereka pun memutuskan untuk membayar tebusan senilai US$300 dengan menggunakan bitcoin.
"Membayar tebusan untuk aksi pemerasan memang tidak sesuai dengan ketentuan kepolisian. Tetapi, kami tidak punya pilihan lain. Staf IT kami dan para pekerja keamanan komputer di Burgess, menyarankan kepada kami untuk membayar tebusan itu," ujar Todd Bracket, pihak keamanan Lincoln County, seperti dikutip The Register, Selasa 14 April 2015.
Setelah ditelusuri lebih jauh, infeksi sistem komputer itu dilakukan, saat salah satu staf melakukan download file dari email melalui internet. Dipercaya, dia tidak sengaja menginstal malware, yang kemudian menyebar ke server utama dan mulai mengenkripsi semua data yang ada.
"Ini merupakan pengalaman dan cambukan bagi kami untuk memberikan pelatihan proteksi dalam menentukan sebuah file di dunia maya berisi virus, atau bukan. Kami belum bisa membedakannya, apalagi jika terdapat dalam kiriman email," ujar Brackett.
Biasanya, untuk menghadapi aksi pemerasan virtual ini, perusahaan bisa melakukan pembersihan besar-besaran file yang ada dalam sistem. Data-data lama bisa didapat dengan mengambilnya melalui file cadangan. Sayangnya, institusi kepolisian Amerika ini tidak memiliki file cadangan yang berfungsi. Inilah yang membuat mereka tidak punya pilihan selain membayar tebusan.
"Kami sudah cek. Tidak ada data personal yang diambil dan dikumpulkan oleh para hacker. Data kami aman dan tidak ada yang diekstrak dari server," ujarnya.
Aksi pemerasan yang melibatkan kepolisian sebagai korban bukanlah yang pertama kali terjadi. Para polisi di Massachusets juga dipaksa untuk membayar tebusan pekan lalu.
FBI, saat ini menggelar sayembara berhadian jutaan dolar. Hadiah itu bisa diberikan kepada siapa saja yang bisa menangkap peretas di balik aksi pemerasan virtual. (asp)
![vivamore="Baca Juga :"]
[/vivamore]