Kenapa Twitter Bernafsu Akuisisi TweetDeck?
- Daylife
VIVAnews - Kabar tentang adanya pembicaraan antara Twitter dan TweetDeck untuk membahas masalah akuisisi berembus kencang.
Seperti dilansir oleh situs Mashable, keduanya tengah membicarakan proses akuisisi senilai US$ 50 juta atau senilai Rp 434,8 miliar.
TweetDeck, selama ini diketahui sebagai aplikasi pihak ketiga yang paling populer di platform Twitter. Pada Februari lalu, TweetDeck baru saja diakuisisi oleh UberMedia, sebuah perusahaan milik seorang entrepreneur terkenal, Bill Gross.
Selama ini Bill Gross dikenal sebagai pendiri perusahaan inkubator bernama Idealab, yang bermarkas di Pasadena AS. Beberapa situs yang lahir dari inkubator ini, antara lain adalah Picasa, Compete, Citysearch, eToys.com, Answers.com, dan Netzero.
Dengan bergabungnya TweetDeck ke dalam UberMedia, praktis UberMedia menguasai berbagai aplikasi Twitter, mulai dari UberSocial, Echofon, UberCurrent, hingga TweetDeck sendiri. Berbagai aplikasi ini diperkirakan menguasai hingga 20 persen seluruh tweet yang berseliweran di platform Twitter.
Belum lama ini, keduanya juga mengalami friksi ketika Twitter memblokir layanan UberSocial dan Twitdroid, karena menyalahi peraturan Twitter, salah satunya menyediakan pesan langsung lebih panjang dari 140 karakter.
Belakangan, CNN juga melaporkan bahwa UberMedia tengah mengembangkan sebuah situs pesaing Twitter, sebagai rencana cadangan bila aplikasi-aplikasinya diblokir oleh Twitter karena alasan tertentu.
Namun, akuisisi ini sepertinya lebih mirip dengan langkah defensif bagi Twitter. Bagaimanapun, Twitter tak begitu suka bila sebuah perusahaan bisa mengendalikan lebih dari 20 persen dari trafik di Twitter.
Dengan akuisisi ini, Twitter berupaya agar posisi UberMedia tak terlalu dominan dan menentukan bagi seluruh ekosistem di Twitter.
Namun, jadi tidaknya akuisisi ini masih bergantung pada pendiri TweetDeck, Iain Dodsworth. Hingga Dodsworth masih belum mengkonfirmasi atau menolak rumor ini.