Mengetuk Hati Milenial dan Gen Z
- SAGE
Jakarta, VIVA – Panggilan generasi milenial diciptakan oleh Neil Howe dan William Straus, ahli teori sekaligus penulis buku berjudul Generation.
Generasi ini tumbuh ketika internet pertama kali dikembangkan dan setelah zaman Perang Dunia II.
"Kami pikir nama yang ceria akan bagus karena mereka dibesarkan dalam perubahan. Mereka menjadi orang pertama yang lulus SMA pada tahun 2000, jadi nama 'milenial' langsung muncul di benak kami," ujarnya, seperti dikutip dari situs NRP.
Kelompok yang juga dikenal sebagai Generasi Y, adalah mereka yang lahir antara 1981 dan 1996. Milenial cenderung lebih terhubung secara global dan memiliki pandangan yang lebih terbuka terhadap keberagaman dan inklusivitas.
Mereka juga sering kali lebih peduli dengan isu-isu lingkungan dan sosial, serta lebih mencari keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi.
Dilansir dari Voice of America (VOA), setelah milenial, generasi selanjutnya diberi nama dengan huruf "Z" sesuai urutan abjad dua generasi sebelumnya, yaitu X dan Y.
Ini adalah generasi yang lahir antara 1997 dan 2012. Gen Z sering disebut sebagai iGeneration, generasi net atau generasi internet karena tidak pernah mengenal dunia tanpa internet dan teknologi canggih.
Gen Z cenderung sangat adaptif terhadap perubahan dan memiliki kemampuan multitasking yang tinggi.
Mereka juga lebih sadar akan isu-isu sosial dan lingkungan, dan banyak yang menunjukkan minat besar dalam aktivisme dan perubahan sosial.
Mereka yang tergabung dalam BUMN Muda dan Srikandi PTPN IV PalmCo tersebut mengunjungi dan melaksanakan aksinya di masjid-masjid yang ada di Sumatra Utara dan Riau, berturut-turut selama 3 hari sejak 18 hingga 20 Maret 2025.
“Total ada 30 relawan milenial dan Gen Z yang turun ke tiga titik pelaksanaan, yakni dua lokasi di Sumatra Utara, dan satu lokasi di Riau,” kata Direktur Utama PTPN IV PalmCo Jatmiko Santosa.
Dua titik pertama ada di Sumatra Utara, yakni Masjid Al-Falah, Kabupaten Langkat dan Masjid An-Nasuha, Kota Medan. Sementara itu, satu titik lainnya berada di Provinsi Riau dan dipusatkan di Pondok Pesantren Roudhul Ulum, Kabupaten Siak.
“Kami berharap mereka semakin meningkatkan loyalitas, serta menciptakan budaya yang lebih baik dengan meningkatkan empati dan kepedulian sosial,” papar dia.