Sistem Ini bikin Kontraktor Nakal Mati Gaya
- Harvard Business Review
Jakarta, VIVA – Sistem ini bikin kontraktor nakal mati gaya alias tidak bisa main-main lantaran diawasi oleh sistem yang terintegrasi.
PT Waskita Karya (Persero) Tbk terus melakukan transformasi digital guna mendorong tercapainya operasional ekselen.
Salah satunya dengan mengembangkan Sistem Manajemen Konstruksi Terintegrasi, yang bertujuan untuk melihat, apakah proyek yang sedang dikerjakan sudah berjalan baik atau belum.
Sistem Manajemen Konstruksi Terintegrasi juga berperan sebagai Early Warning System (EWS), sehingga masalah atau kendala dalam proses pembangunan bisa segera dideteksi dan ditindaklanjuti sejak dini.
Sistem tersebut merupakan gabungan dari System Application and Product (SAP), Building Information Modelling (BIM) 4D/5D, Geographic Information System (GIS), Master Schedule, Earn Value Analysis (EVA).
Seluruh sistem itu kemudian diintegrasikan dalam Procurement Schedule, Digital Control Tower, dan Value Stream Booster (VSB), yang menjadi dasar tindak lanjut berupa Site Diagnostic Collaboration.
Dengan demikian, sistem ini diharapkan mampu berperan untuk memprediksi, menindaklanjuti, dan memutuskan.
Sekretaris Perusahaan Waskita Karya Ermy Puspa Yunita mengatakan integrasi berbagai sistem tersebut kemudian menghasilkan Project Performance Index (PPI).
Ia mengaku bisa memantau langsung kinerja proyek kapan pun di mana pun secara real-time melalui aplikasi di PC, iOS dan Android.
Berdasarkan hasil PPI, proyek berjalan Waskita Karya dengan kinerja operasional ekselen meningkat dari 21 persen pada Agustus menjadi 45 persen per Desember 2024, dan ditargetkan meningkat hingga 70 persen di tahun ini. Sistem integrasi tersebut mulai diimplementasikan pada September 2024.
"Kami perusahaan konstruksi pertama dan satu-satunya yang menerapkan Sistem Manajemen Konstruksi Terintegasi. Dalam waktu dekat, kami akan mendaftarkan Hak Paten inovasi digital ini," katanya, Jumat, 21 Februari 2025.
Implementasi sistem integrasi ini pun berdampak positif sekaligus memberikan banyak manfaat. Di antaranya efisiensi biaya internal karena fokus pada pengurangan biaya operasional, mengutamakan produktivitas tinggi, serta pengelolaan biaya yang ketat.
"Dengan begitu dapat mengoptimalisasi aspek operasional, karena fokus pada proyek berskala besar. Kemudian, penggunaan internet of things (IoT) mengurangi pemborosan dan meningkatkan efisiensi, lalu mengoptimalisasi penggunaan tenaga kerja serta peralatan, juga mengendalikan biaya material," ungkap Ermy.
Sebagai informasi, Waskita Karya saat ini sedang mengerjakan sekitar 58 proyek di seluruh Indonesia. Sementara proyek yang sudah selesai di sepanjang 2024 mencapai 39, yang meliputi bendungan, gedung, jalan tol, dan infrastruktur lainnya.