Markas China Dekat 'Pekarangan' Indonesia
- DigitalGlobe, Map Data, Google
Jakarta, VIVA – China telah menyetujui pembangunan fasilitas penelitian laut dalam di Laut Cina Selatan untuk mendukung eksplorasi laut.
Stasiun ini diklaim sebagai salah satu instalasi bawah laut terdalam dan tercanggih secara teknologi di dunia, dengan target tanggal operasional pada 2030.
Sebagai informasi, Laut Cina Selatan terletak di antara beberapa negara. Mulai dari China, termasuk Makau dan Hong Kong, Taiwan, Filipina, Malaysia, Brunei Darussalam, Indonesia, dan Vietnam. Perairan ini memiliki panjang maksimal 3,5 juta kilometer (2,2 juta mil).
Rincian desain stasiun tersebut diungkapkan oleh peneliti Yin Jianping, dari Institut Kelautan Laut Cina Selatan di Akademi Ilmu Pengetahuan China, bersama rekan-rekannya, dalam sebuah artikel yang diterbitkan di Jurnal Manufacturing and Upgrading Today.
"Konstruksi akan segera dimulai. Stasiun ini nantinya berkolaborasi erat dengan kapal selam tak berawak, kapal permukaan, dan observatorium dasar laut untuk membangun jaringan pemantauan 'empat dimensi'," ungkap Yin, seperti dikutip dari situs SCMP, Selasa, 18 Februari 2025.
Akan dibangun 2.000 meter di bawah permukaan laut pada area yang dikatakan kaya akan sumber daya dan tunduk pada banyak klaim teritorial.
Stasiun penelitian tersebut akan mempelajari ekosistem rembesan dingin, yang merupakan ventilasi hidrotermal kaya metana dengan bentuk kehidupan yang unik.
Fasilitas ini akan dirancang untuk menampung hingga enam ilmuwan untuk misi yang berlangsung hingga satu bulan.
Ini akan menampilkan sistem pendukung kehidupan canggih untuk memungkinkan pembentukan jaringan pemantauan untuk melacak aliran metana, perubahan ekologi, dan pergerakan tektonik.
Stasiun tersebut diharapkan menjadi bagian dari jaringan infrastruktur yang lebih besar, termasuk jaringan serat optik dasar laut dan kapal pengeboran Mengxiang, yang berambisi menjadi yang pertama mencapai mantel Bumi.
Sumber daya untuk stasiun tersebut masih dirahasiakan, tetapi para ahli telah membandingkannya dengan stasiun penelitian era Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet yang menggunakan reaktor nuklir.
Laut Cina Selatan diperkirakan mengandung 70 miliar ton hidrat metana, yang merupakan sekitar setengah dari cadangan minyak dan gas (migas) China.
Wilayah ini juga memiliki endapan mineral langka seperti kobalt dan nikel, dengan konsentrasi tiga kali lebih tinggi daripada yang ditemukan di pertambangan darat.
Selain itu, lebih dari 600 spesies yang beradaptasi dengan kondisi ekstrem telah diidentifikasi di area tersebut, beberapa dengan enzim yang dianggap penting untuk pengobatan kanker.