Orang yang Menyembunyikan Akun Instagram Punya 10 Karakter Ini
Jakarta, VIVA – Di era digital yang semakin berkembang, media sosial menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Instagram, sebagai salah satu platform paling populer, memungkinkan penggunanya memilih antara profil publik atau privat.
Tak sedikit yang memutuskan untuk mengunci akun mereka, membatasi akses hanya kepada orang-orang tertentu.
Keputusan untuk memprivasi akun Instagram bukan sekadar soal teknis, tetapi bisa mencerminkan kepribadian seseorang.
Dari sudut pandang psikologi, ada beberapa pola perilaku yang umumnya dimiliki oleh mereka yang memilih untuk membatasi akses ke kehidupan daring mereka.
- Unsplash
Dilansir dari Psychology Today dan Verywell Mind, berikut adalah karakteristik psikologis yang sering ditemukan pada individu yang memprivasi akun Instagram mereka:
1. Sangat Menjaga Privasi dan Kehidupan Pribadi
Orang yang memilih untuk mengunci akun Instagramnya biasanya memiliki batasan jelas antara kehidupan pribadi dan kehidupan publik.
Mereka tidak ingin semua orang mengetahui aktivitas mereka atau mengakses unggahan mereka dengan mudah.
Menurut Dr. John D. Mayer, seorang psikolog dari University of New Hampshire seperti dilansir Psychology Today, individu dengan kesadaran diri tinggi (self-awareness) cenderung lebih menjaga privasi karena mereka memahami bagaimana informasi yang mereka bagikan bisa mempengaruhi persepsi orang lain terhadap mereka.
2. Cenderung Selektif dalam Berteman
Orang dengan akun Instagram privat lebih selektif dalam memilih siapa yang bisa melihat unggahan mereka. Mereka biasanya hanya menerima permintaan pertemanan dari orang-orang yang benar-benar mereka kenal atau percaya.
Menurut penelitian dari Harvard Business Review, individu dengan kepribadian yang lebih tertutup cenderung membangun hubungan sosial dengan lingkaran yang lebih kecil namun lebih kuat dibandingkan orang yang lebih terbuka.
3. Tidak Mencari Perhatian dan Popularitas
Berbeda dengan mereka yang aktif di media sosial untuk mendapatkan banyak pengikut dan validasi sosial, orang yang memprivasi akunnya cenderung tidak peduli dengan jumlah like atau followers.
Mereka lebih menjadikan Instagram sebagai sarana komunikasi dengan orang-orang terdekat.
Dalam sebuah studi yang diterbitkan oleh Journal of Social and Personal Relationships, individu introvert lebih cenderung membatasi eksposur diri mereka di media sosial karena mereka tidak merasa perlu mencari perhatian dari publik.
4. Berhati-hati dengan Keamanan dan Data Pribadi
Keamanan digital adalah salah satu alasan utama seseorang memilih untuk mengunci akun Instagramnya. Mereka mungkin khawatir akan risiko pencurian identitas, penyalahgunaan foto, atau bahkan stalking.
Menurut laporan dari Cybersecurity & Infrastructure Security Agency (CISA), kesadaran akan keamanan siber semakin meningkat di kalangan pengguna media sosial, dengan banyak yang lebih berhati-hati dalam berbagi informasi pribadi untuk menghindari ancaman daring.
5. Menghindari Drama dan Konflik di Media Sosial
Orang yang memprivasi akun Instagram sering kali tidak menyukai konflik atau drama yang biasa terjadi di media sosial. Dengan membatasi siapa yang bisa melihat unggahan mereka, mereka merasa lebih aman dari komentar negatif atau perdebatan yang tidak diinginkan.
Menurut psikolog Dr. Daniel Goleman, penulis Emotional Intelligence, individu yang menghindari konflik cenderung memiliki kecerdasan emosional yang lebih tinggi karena mereka menyadari bahwa media sosial bisa menjadi sumber stres dan ketegangan.
6. Lebih Fokus pada Kehidupan Nyata
Seseorang yang mengunci akunnya biasanya memiliki pandangan bahwa kehidupan nyata lebih penting dibandingkan eksistensi di dunia maya. Mereka tidak merasa perlu menunjukkan semua aspek kehidupan mereka kepada publik.
Dilansir dari The Atlantic, penelitian menunjukkan bahwa individu yang lebih memprioritaskan interaksi tatap muka cenderung memiliki tingkat kepuasan hidup yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang terlalu fokus pada media sosial.
7. Tidak Mudah Percaya pada Orang Asing
Mereka yang memprivasi akun Instagramnya biasanya memiliki tingkat kepercayaan yang lebih rendah terhadap orang asing.
Mereka enggan membiarkan orang yang tidak dikenal mengetahui terlalu banyak tentang kehidupan mereka.
Menurut teori Attachment Theory yang dikembangkan oleh John Bowlby, orang dengan attachment style yang lebih defensif atau berhati-hati dalam membangun hubungan cenderung lebih protektif terhadap informasi pribadi mereka.
8. Tidak Terpengaruh oleh Tekanan Sosial
Individu yang memilih akun Instagram privat cenderung tidak peduli dengan standar sosial yang sering dikaitkan dengan media sosial, seperti jumlah likes atau komentar.
Menurut psikolog Dr. Jean Twenge, penulis iGen, orang yang memiliki rasa percaya diri tinggi lebih fokus pada kebahagiaan pribadi dibandingkan mencari validasi dari orang lain melalui media sosial.
9. Lebih Cenderung Menyaring Informasi yang Dikonsumsi
Orang yang memprivasi akun Instagram juga sering kali lebih selektif dalam mengonsumsi informasi di media sosial. Mereka lebih cenderung mengikuti akun-akun yang mereka anggap relevan dengan kehidupan mereka dan menghindari konten yang bisa menimbulkan stres atau kecemasan.
Menurut The Journal of Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking, individu yang lebih selektif dalam menggunakan media sosial cenderung memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah dibandingkan mereka yang terbuka terhadap segala jenis informasi.
10. Memiliki Keseimbangan Digital yang Lebih Baik
Memprivasi akun Instagram bisa menjadi salah satu cara untuk mengelola penggunaan media sosial agar lebih seimbang. Orang dengan akun privat sering kali lebih mampu mengatur waktu antara dunia digital dan kehidupan nyata.
Menurut laporan dari Pew Research Center, individu yang lebih sadar akan keseimbangan digital cenderung memiliki kualitas hidup yang lebih baik dan tidak mudah mengalami kelelahan digital (digital burnout).
Kesimpulan
Memprivasi akun Instagram bukan hanya soal kenyamanan pribadi, tetapi juga bisa mencerminkan pola pikir dan kepribadian seseorang.
Mereka yang memilih untuk membatasi akses ke akun mereka sering kali memiliki alasan yang kuat, mulai dari menjaga privasi, menghindari konflik, hingga lebih fokus pada kehidupan nyata daripada dunia digital.
Keputusan ini juga menunjukkan bahwa mereka lebih berhati-hati dalam membagikan informasi pribadi dan tidak ingin media sosial menjadi sumber tekanan atau kecemasan.
Dengan memahami pola perilaku ini, kita bisa lebih memahami bagaimana seseorang melihat dan menggunakan media sosial dalam kehidupan mereka.