Ariel yang misterius
- VIVA/Amal Nur Ngazis
Jakarta, VIVA – Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus diketahui memiliki Bulan, satelit alami seperti Bumi, yang menurut para astronom menyimpan samudra yang terkunci di bawah cangkang es tebal.
Cangkang-cangkang tersebut merupakan masalah besar bagi para ilmuwan di Bumi yang sangat ingin mengintip pusat-pusat cairan tersebut, tetapi ada satu Bulan mungkin menunjukkan keberaniannya.
Mengutip situs Sciencealert, Kamis, 13 Februari 2025, permukaan Bulan milik Uranus, Ariel, memiliki jurang-jurang yang dalam – dan mungkin berisi endapan yang dikeluarkan dari bawah.
Itu termasuk es karbondioksida dan endapan yang mengandung senyawa lain yang mungkin dihasilkan dari proses kimia yang terjadi di dalam satelit alami milik Uranus tersebut.
Jika demikian halnya maka artinya ngarai-ngarai itu bisa menjadi cara untuk mempelajari bagian dalam dunia samudra ini tanpa harus melakukan upaya penelitian yang lebih dramatis.
"Jika kami benar, alur medial ini mungkin merupakan kandidat terbaik untuk mencari sumber endapan karbonoksida dan mengungkap lebih banyak detail tentang interior Bulan Ariel," kata Ahli geologi planet Chloe Beddingfield dari Laboratorium Fisika Terapan Universitas Johns Hopkins, AS.
Ia melanjutkan bahwa tidak ada fitur permukaan lain yang menunjukkan bukti yang memfasilitasi pergerakan material dari dalam Ariel, sehingga membuat temuan ini sangat menarik.
Jurang-jurang di permukaan Ariel sangat menarik. Beberapa lantainya dipahat oleh alur-alur paralel yang merupakan salah satu fitur geologi termuda yang pernah terlihat di Bulan tersebut.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa hal itu mungkin merupakan hasil interaksi antara aktivitas tektonik dan vulkanik, tetapi hal-hal spesifiknya sulit dipastikan.
Chloe dan rekan-rekannya menggunakan data observasi dan model formasi untuk melihat apakah mereka dapat melengkapi kekurangan tersebut.
Mereka dapat menunjukkan bahwa suatu proses yang terjadi di Bumi dapat menjadi penyebab tanda-tanda yang dilihat pada Ariel.
Proses yang dikenal sebagai penyebaran itu terjadi di punggung gunung berapi di Bumi, tempat bagian dasar laut dan material naik dari bawah untuk membentuk bagian baru kerak Bumi.
Pada Ariel, lanjut Chloe, penyebaran dapat terjadi saat material yang lebih hangat melonjak ke atas dari bawah, membelah kerak Bulan sebelum mengisi retakan yang diciptakannya.
Para peneliti menemukan bahwa saat mereka menggabungkan dua sisi jurang Ariel seolah-olah menariknya kembali, kedua sisinya cocok dengan sempurna, dan alur paralel yang terlihat di dasar beberapa jurang konsisten dengan material yang diendapkan dari waktu ke waktu.
Ada sejumlah alasan mengapa hal ini menarik. Di masa lalu, Bulan-Bulan Uranus telah memasuki orbital lockstep, di mana periode orbitnya membentuk rasio yang tepat yang dikenal sebagai resonansi.
Resonansi orbital menghasilkan tarik-tarikan gravitasi yang menghasilkan pemanasan internal, pencairan, dan pembekuan ulang.
Periode resonansi semacam itu dapat menjadi penyebab perubahan pada permukaan Ariel, tapi periode itu juga dapat menghasilkan samudra tersembunyi dengan membuat bagian dalam Bulan cukup hangat untuk mempertahankan air asin yang cair.
Pengamatan terbaru dari Teleskop James Webb (JWST) mengisyaratkan kuat bahwa samudra semacam itu ada di Ariel.
Jika memang demikian, lautan bisa jadi bertanggung jawab atas es karbondioksida yang terlihat di permukaan Bulan dan pada jurang-jurangnya, tetapi hingga kini informasi yang kita miliki terlalu sedikit untuk diketahui.
"Ada banyak hal yang belum kita ketahui. Dan meskipun es karbonoksida hadir di permukaan Ariel, masih belum jelas apakah es tersebut terkait dengan alur tersebut karena Voyager 2 tidak memiliki instrumen yang dapat memetakan distribusi es," tutur Chloe.
Sudah saatnya mengirim misi eksplorasi ke Uranus dan Neptunus. Mari tambahkan alur misterius Bulan Ariel ke dalam daftar hal-hal yang akan disaksikan saat hal itu akhirnya terjadi.