Mengubah 'Mindset' dalam Menghadapi Fenomena 'Mega Shifting'

Pola pikir/mindset.
Sumber :
  • AIChE

Jakarta, VIVA – Sejumlah pakar menilai pentingnya menarik penanaman modal asing langsung (foreign direct investment/FDI) sebagai salah satu cara untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi delapan persen yang ditetapkan Presiden Prabowo Subianto.

Rahasia Orang Kaya: Pola Pikir Uang yang Jarang Diketahui

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM), Wihana Kirana Jaya, mengingatkan bahwa target ambisius tersebut membutuhkan dukungan institusi yang kuat, termasuk keberadaan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BP Danantara).

Peluang utama dari pembentukan BP Danantara adalah kemampuannya mengelola aset-aset besar yang dimiliki BUMN, dengan potensi dana kelolaan awal mencapai US$600 miliar atau Rp9.520 triliun.

Inilah Cara Berpikir Orang Kaya Sejati, Bukan Sekadar Pamer Gaya!

Dengan mengelola aset dari tujuh BUMN besar, termasuk Bank Mandiri, BRI dan PLN, BP Danantara dapat menjadi katalis utama untuk investasi langsung, baik domestik maupun asing.

Ia menegaskan bahwa pembentukan BP Danantara sangat relevan dalam menghadapi fenomena mega shifting ekonomi global.

KPK Serahkan Barang Rampasan ke Kementerian Keuangan, Nilainya Bikin Kaget

Perubahan struktural besar yang terjadi, seperti geopolitik, geoekonomi, dan perang, telah memaksa negara-negara melakukan reposisi strategis, termasuk dalam kebijakan investasi.

“Dalam kondisi mega shifting maka mindset kita harus berubah. Kita harus mengantisipasi masa depan dengan mengubah organisasi dan proses bisnis. BP Danantara adalah langkah strategis untuk meningkatkan fleksibilitas pembiayaan investasi jangka panjang,” ujarnya, Jumat, 24 Januari 2025.

Terkait kebutuhan akan BP Danantara, Wihana berpendapat bahwa badan ini diperlukan untuk meningkatkan fleksibilitas dalam mengelola aset dan pembiayaan investasi.

BP Danantara dirancang untuk memanfaatkan aset-aset negara yang besar guna meningkatkan kapasitas investasi melalui tiga platform utama, yaitu Indonesia Investment Authority (INA), lembaga-lembaga keuangan pemerintah, dan manajemen aset.

“Target pertumbuhan delapan persen bukan hal yang mustahil, tetapi membutuhkan fondasi kebijakan yang kuat, seperti BP Danantara. Ini salah satu cara untuk memperkuat posisi Indonesia dalam ekonomi global,” jelas Wihana.

Senada, Wakil Rektor III Universitas Trunojoyo Madura, Surokim Abdusalam, meyakini rencana pendirian BP Danantara baik supaya seluruh aset negara dapat dikelola lebih optimal.

Harapannya tentu badan yang baru ini bisa membuktikan hasilnya bahwa aset-aset negara bisa dikelola dan menguntungkan.

Ia mengingatkan agar pembentukan lembaga negara baru seperti BP Danantara jangan sampai mengulang kesalahan sebelumnya yang hanya justru memboroskan anggaran, namun hasilnya kurang dari harapan.

"Tentunya, badan yang baru ini bisa membuktikan hasilnya bahwa aset-aset negara bisa dikelola dan menguntungkan. Jangan sampai negara kita terlalu banyak pos yang acap kali hanya sebagai konsesi politik balas jasa dan hanya menghabiskan anggaran," tegas Surokim.

Sebagai informasi, BP Danantara belum akan diresmikan pada Januari tahun ini karena pemerintah masih meramu payung hukumnya. Padahal, peresmiannya sudah berkali-kali ditunda bahkan sejak rencana awal pada November 2024.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya