Hati-hati, Ransomware Serang Indonesia dengan Kecepatan Kilat
- Skyhigh Security
Jakarta, VIVA – Ransomware adalah perangkat lunak pemerasan yang dapat mengunci komputer pengguna dan kemudian meminta tebusan untuk melepaskannya.
Ancaman yang ditimbulkan oleh ransomware bergantung pada varian virusnya. Hal pertama yang perlu dipertimbangkan adalah bahwa ada dua kategori utama ransomware: ransomware locker dan ransomware crypto.
•   Ransomware locker – mempengaruhi fungsi dasar komputer.
•   Ransomware crypto – membuat file individual tetap terenkripsi.
Faktanya, ransomware dapat bersifat kompleks atau sederhana, tergantung pada korban yang ditargetkan.
Ransomware umum tersebar luas melalui kampanye spam berbahaya, exploit kit, dan lain sebagainya. Dalam kebanyakan kasus, infeksi ransomware terjadi seperti ini.
Malware pertama kali memperoleh akses ke perangkat. Bergantung pada jenis ransomware, baik seluruh sistem operasi atau file individual dienkripsi.
Jika ransomware atau trojan enkripsi masuk ke komputer pengguna, virus ini mengenkripsi data atau mengunci sistem operasi. Kemudian, tebusan akan diminta dari korban.
Dengan munculnya tren Ransomware 3.0 saat ini, para penyerang atau hacker telah mampu menghasilkan berbagai versi ancaman yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka, yang juga disebut (Ransomware-as-a-Service/RaaS).
Ransomware as a Service memberi kesempatan kepada pelaku kejahatan siber dengan kemampuan teknis yang rendah untuk melakukan serangan ransomware.
Malware tersebut tersedia bagi para pembeli, yang berarti risiko yang lebih rendah dan keuntungan yang lebih tinggi bagi para programmer perangkat lunak.
Data terbaru dari solusi keamanan siber Kaspersky mendeteksi 57.571 serangan ransomware dari Januari hingga Juni 2024 untuk bisnis di wilayah Asia Tenggara.
Ransomware yang menargetkan bisnis di wilayah ini tertinggi berada di Indonesia dengan 32.803 insiden yang diblokir oleh Kaspersky.
Diikuti oleh Filipina dengan 15.208 serangan ransomware dan Thailand dengan 4.841 kasus. Malaysia berada di posisi keempat dengan 3.920 serangan berbahaya, diikuti oleh Vietnam dengan 692 serangan, dan Singapura dengan 107 serangan.
Menurut Manajer Umum Kaspersky untuk Asia Tenggara, Yeo Siang Tiong, hal ini membuka banyak kemungkinan bagi pelaku kejahatan siber untuk membuat serangan mereka lebih efektif, karena memungkinkan untuk mengkonfigurasi opsi penyebaran jaringan dan fungsi penghentian pertahanan.
"Tentu saja serangan siber ini menjadi lebih berbahaya jika mereka (hacker) punya kredensial istimewa yang valid pada infrastruktur yang ditargetkan," kata dia, Kamis, 19 Desember 2024.