Bioekonomi sebagai Pilar Transformasi

Ilustrasi energi terbarukan / ramah lingkungan.
Sumber :
  • Perfect Sense Energy

Jakarta, VIVA – Secara luas, bioekonomi dipahami sebagai sistem ekonomi yang menggunakan sumber daya hayati secara berkelanjutan untuk menghasilkan produk dan jasa yang dapat menggantikan bahan baku berbasis fosil.

Harlah ke-52 PPP, Mardiono Minta Kader Evaluasi Kerja Politik Hadapi Ini

Dalam beberapa dekade terakhir, konsep bioekonomi semakin banyak dibahas sebagai salah satu upaya menuju pembangunan berkelanjutan dan transisi ekonomi rendah emisi karbon.

Sebagai negara dengan megabiodiversitas, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pemimpin dalam bioekonomi.

Dorong BTN Jadi Megabank di Indonesia, Erick Thohir Kasih Arahan Ini

Dari berbagai negara yang telah mengadopsi konsep ini adalah pentingnya memastikan bahwa pemanfaatan dilakukan secara bertanggung jawab untuk lingkungan dan sosial, terutama pelibatan masyarakat lokal dan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Bioekonomi memiliki potensi besar sebagai pilar transformasi ekonomi menuju visi Indonesia Emas 2045.

Apresiasi Berujung Motivasi

Dengan 62 persen daratan Indonesia merupakan kawasan hutan, sektor kehutanan menjadi salah satu sektor strategis dalam pengembangan ekonomi berbasis hayati secara berkelanjutan.

UK Minister Counsellor Development for Indonesia, ASEAN, and Timor-Leste Amanda McLoughlin, menyampaikan bahwa Pemerintah Inggris mendukung Indonesia dalam mengembangkan potensi bioekonomi.

Menurutnya, hal itu menjadi langkah penting untuk melindungi keanekaragaman hayati, mengatasi perubahan iklim, dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

"Komitmen Inggris untuk bekerja sama dengan Indonesia dalam agenda iklim juga tercermin dalam kemitraan strategis yang baru. Kami menantikan kemitraan yang lebih mendalam untuk terus melindungi hutan, mengurangi emisi, dan menjaga planet demi kesejahteraan masyarakat," ungkap McLoughlin.

Sebagai wujud komitmen pemerintah, konsep bioekonomi telah diintegrasikan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025–2045 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029. Namun, transformasi menuju bioekonomi tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah.

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air Kementerian PPN/Bappenas, Medrilzam, menyampaikan pentingnya kolaborasi antaraktor sebagai elemen fundamental dalam mempercepat implementasi bioekonomi di Indonesia.

“Pemerintah berperan memberi arah kebijakan, dunia usaha menjadi motor inovasi, akademisi menyediakan ilmu pengetahuan, dan masyarakat adat menjaga kearifan lokal yang menjadi dasar keberlanjutan,” kata dia.

Menurut Medrilzam, melalui kerja sama lintas sektor yang kuat akan menjadi kunci dalam membangun ekosistem bioekonomi yang terintegrasi, mulai dari bahan baku hingga hilirisasi produk.

"Kami percaya bahwa konsep ekonomi baru ini bisa memperkuat konektivitas antara pelaku usaha, pemerintah daerah, dan masyarakat lewat rantai nilai berbagai komoditas sumber daya hayati di Indonesia yang bertanggung jawab," jelasnya.

Sebagai upaya mewujudkan ekonomi berbasis sumber daya hayati yang inklusif dan berkelanjutan, Direktorat Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air Kementerian PPN/Bappenas, bekerja sama dengan USAID SEGAR, Kadin Regenerative Forestry Business Hub (Kadin RFBH), The British Embassy Jakarta, dan Koalisi Ekonomi Membumi (KEM) untuk memperkuat pemahaman konsep bioekonomi.

Dilakukan pula penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) untuk proyek percontohan bioekonomi di sektor kehutanan melalui praktik Multi Usaha Kehutanan. Para pelaku usaha ini berkomitmen dalam implementasi bisnis berbasis sumber daya hayati yang berkelanjutan, seperti Perum Perhutani, PT Mahorahora Bumi Nusantara, Indika Nature, dan PT Paragon Technology & Innovation.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya