Indonesia Nomor 2 Terbanyak Diserang
- Dok. Kaspersky
Jakarta, VIVA – Di Asia Tenggara, bisnis tengah menghadapi spektrum ancaman siber berbasis web atau internet yang semakin berkembang seiring dengan semakin pertumbuhan ekonomi digital.
Digitalisasi yang pesat di kawasan ini telah menjadikannya pusat pertumbuhan sekaligus target para pelaku kejahatan dunia maya.
Pada paruh pertama tahun ini, Kaspersky telah mendeteksi dan memblokir lebih dari 26 juta ancaman web dari solusi keamanan antar bisnis (business to business/B2B) di kawasan tersebut, dengan rata-rata 146.944 serangan web setiap hari.
Perusahaan dan organisasi di Malaysia menghadapi sebanyak 19.615.255 ancaman berbasis web dalam enam bulan pertama tahun ini.
Hal tersebut menempatkannya di peringkat teratas di antara negara-negara Asia Tenggara. Disusul Indonesia berada di posisi kedua dengan 3.204.294 ancaman.
Ancaman berbasis web, atau ancaman online, adalah kategori risiko keamanan siber yang dapat menyebabkan peristiwa atau tindakan yang tidak diinginkan melalui internet.
Ancaman web dimungkinkan oleh kerentanan pengguna akhir, pengembang/operator layanan web, atau layanan web itu sendiri. Terlepas dari maksud atau penyebabnya, konsekuensi dari ancaman web dapat merugikan individu dan organisasi.
Vietnam dan Thailand berada di peringkat lebih rendah di Asia Tenggara, dengan total serangan web sebesar 1.445.452 dan 1.057.732, sementara 846.837 ancaman tercatat di Filipina dan 574.292 di Singapura.
“Seiring dengan semakin banyaknya bisnis dan sektor pemerintahan di kawasan ini yang terus merangkul digitalisasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatnya ketergantungan terhadap platform digital juga memperluas permukaan serangan mereka. Hal ini menyebabkan lebih banyak peluang bagi penjahat dunia maya untuk mengeksploitasi kerentanan dalam sistem yang tidak terlindungi, yang dapat menyebabkan gangguan pada rantai pasokan, lembaga keuangan, dan infrastruktur penting seperti healthcare dan energi. Insiden semacam itu dapat merusak produktivitas, menyebabkan kerugian finansial, dan mengikis kepercayaan pada sistem digital,” kata Yeo Siang Tiong, General Manager Kaspersky untuk Asia Tenggara.
Sementara pemerintah semakin fokus pada regulasi dan undang-undang wajib tentang perlindungan data dan menegakkan akuntabilitas atas insiden keamanan siber, penting bagi bisnis lokal untuk terus menjaga kewaspadaan sepanjang waktu, memprioritaskan, dan memperkuat postur keamanan siber mereka.
“Penjahat dunia maya di kawasan ini menjadi lebih canggih, memanfaatkan serangan yang digerakkan oleh AI dan alat serta teknik lainnya. Bisnis harus berinvestasi dalam solusi keamanan siber yang kuat seperti perlindungan titik akhir, firewall, dan pemantauan serta pengelolaan peristiwa waktu nyata. Penilaian dan audit keamanan rutin harus dilakukan untuk mengidentifikasi kelemahan dan mengatasi kerentanan,” tambah Yeo.