Dunia Siber 2025: Makin Seru atau Lebih Mengerikan

Kecerdasan buatan (AI).
Sumber :
  • Pixabay

Jakarta, VIVA – Menurut laporan terbaru Kaspersky, kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) akan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, sementara masalah privasi seputar data biometrik dan teknologi canggih akan menjadi pusat perhatian pada 2025.

Prakiraan ini merupakan bagian dari seri tahunan Kaspersky Security Bulletin, yang memberikan gambaran tentang tren dan ancaman keamanan siber yang diperkirakan akan memengaruhi konsumen di tahun mendatang.

AI menjadi kenyataan sehari-hari

Kecerdasan buatan diprediksi akan terintegrasi sepenuhnya ke dalam kehidupan sehari-hari pada tahun 2025, menjadi utilitas standar alih-alih teknologi baru.

Dengan sistem operasi terkemuka seperti iOS dan Android yang meluncurkan fitur-fitur yang disempurnakan dengan AI, orang-orang akan semakin bergantung pada AI untuk komunikasi, alur kerja, dan tugas-tugas kreatif.

Namun, normalisasi ini juga membawa tantangan, terutama karena deepfake yang dipersonalisasi menjadi semakin canggih tanpa adanya alat deteksi yang andal.

Peraturan privasi akan memperluas kepemilikan data pengguna

Penekanan yang semakin besar pada privasi diharapkan akan mengarah pada peraturan baru yang memperkuat kontrol pengguna atas data pribadi.

Tantangan Penggunaan Kecerdasan Buatan di Dunia Pendidikan

Pada 2025, individu dapat memperoleh hak untuk memonetisasi data mereka, mentransfernya dengan mudah di seluruh platform, dan mendapatkan manfaat dari proses persetujuan yang disederhanakan.

Kerangka kerja global, seperti GDPR Uni Eropa dan CPRA California, terus menginspirasi reformasi di seluruh dunia, sementara teknologi penyimpanan yang terdesentralisasi dapat semakin memperkuat otonomi pengguna atas informasi mereka.

4,6 Juta Serangan ke Indonesia Berhasil Digagalkan

Penipu akan terus mengeksploitasi berbagai macam tren baru dan rilis perdana

Penjahat dunia maya diperkirakan akan menargetkan peluncuran game, konsol, dan film terkemuka pada 2025.

Hati-hati, Aplikasi Ini Pandai Menyamar

Judul-judul seperti Mafia: The Old Country, Civilization VII, dan Death Stranding 2, serta Nintendo Switch 2 yang diantisipasi, kemungkinan akan menarik penipuan yang melibatkan pra-pemesanan palsu, rootkit palsu, dan unduhan berbahaya.

Demikian pula, film-film blockbuster seperti Superman dan Jurassic World Rebirth dapat memicu kampanye phishing dan penipuan barang dagangan palsu yang ditujukan pada basis penggemar yang antusias.

Polarisasi politik akan memicu perundungan siber (cyberbullying)

Polarisasi politik yang meningkat diperkirakan akan memperburuk perundungan siber pada 2025.

Algoritma media sosial yang memperkuat konten yang memecah belah, dikombinasikan dengan ketersediaan luas alat AI untuk membuat deepfake dan posting yang direkayasa, kemungkinan akan mengintensifkan pelecehan online.

Perundungan siber lintas batas juga dapat meningkat karena platform global memfasilitasi penargetan individu berdasarkan keyakinan politik mereka.

Meningkatnya jumlah layanan berlangganan (subscription) akan memicu risiko penipuan

Seiring dengan semakin bergesernya ekonomi global ke model berbasis langganan, peningkatan penipuan terkait promosi langganan palsu diperkirakan akan marak terjadi.

Penjahat dunia maya diperkirakan akan membuat layanan palsu yang meniru platform yang sah, yang bertujuan untuk menipu pengguna agar memberikan informasi pribadi dan keuangan, yang mengakibatkan pencurian identitas dan kerugian finansial.

Selain itu, pertumbuhan sumber daya tidak resmi yang menyediakan akses diskon atau gratis ke layanan berlangganan diperkirakan akan menjadi vektor ancaman yang signifikan, yang membuat pengguna rentan terhadap serangan phishing, malware, dan pelanggaran data.

Pelarangan media sosial untuk anak-anak dapat menyebabkan pembatasan pengguna yang lebih luas

Usulan undang-undang Australia untuk melarang akses media sosial bagi anak-anak di bawah 16 tahun dapat menjadi preseden global.

Jika berhasil diterapkan, pembatasan tersebut dapat membuka jalan bagi pembatasan akses yang lebih luas untuk demografi lainnya.

Platform seperti Instagram telah mulai mengadopsi sistem verifikasi usia bertenaga AI, yang menandakan pergeseran ke arah tata kelola ruang daring yang lebih ketat.

“Menjelang tahun 2025, dampak paling signifikan terhadap konsumen diperkirakan akan muncul dari persimpangan antara inovasi dan regulasi. Kemajuan dalam kecerdasan buatan, perlindungan privasi, dan kerangka kerja kepemilikan data akan mengubah cara orang berinteraksi dengan teknologi dan mengelola kehidupan digital mereka. Perkembangan ini memiliki potensi yang sangat besar tetapi juga membutuhkan pengawasan yang cermat untuk memastikan kepentingan konsumen terpenuhi dengan tepat,” kata Anna Larkina, pakar privasi Kaspersky.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya