Indonesia Mau Jadi Raja AI Dunia, Ada tapinya
- ANTARA/HO
Jakarta, VIVA – Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria menekankan pentingnya pembangunan infrastruktur dan pemenuhan talenta digital di Indonesia sebagai fondasi menuju AI Powerhouse global.
"Bagaimana kita menempatkan Indonesia di dalam daftar global sebagai the most important of AI powerhouse. Dua pilar utama infrastruktur digital dan pengembangan talenta digital," katanya, dalam peluncuran AI Merdeka bertema "Accelerating AI Adoption for Indonesia Emas 2045" di Jakarta, Sabtu, 23 November 2024.
Ia mengatakan, Indonesia berkomitmen untuk menjadi salah satu kekuatan utama dalam bidang kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) di kancah global dalam lima tahun ke depan.
Namun demikian, kualitas dan kecepatan infrastruktur masih menjadi salah satu masalah utama, meskipun Indonesia telah mencapai angka 97 persen dalam hal konektivitas, dengan 80 persen penetrasi internet pada 2023.
Berdasarkan data, hanya 27 persen pengguna yang mengakses internet melalui fixed broadband, serta kapasitas internet Indonesia masih jauh di bawah rata-rata ASEAN dengan kecepatan yang belum mencapai 100 megabyte per detik.
Hal ini menjadi hambatan dalam pengembangan teknologi canggih seperti AI, yang membutuhkan konektivitas cepat dan stabil.
Menurut Wamenkomdigi, peningkatan infrastruktur bukan hanya soal perluasan jaringan, tetapi juga menciptakan meaningful connectivity, yakni konektivitas yang memberikan akses cukup untuk mendorong inovasi dan pengembangan teknologi digital.
Selain infrastruktur, pengembangan talenta digital juga menjadi tantangan besar. Saat ini, Indonesia membutuhkan sekitar 15 juta pekerja dengan keterampilan di bidang AI pada 2030.
Namun, dengan ekosistem yang ada saat ini, kekurangan talenta digital diperkirakan masih sekitar 2 hingga 4 juta orang per tahun.
Hal ini menunjukkan bahwa seluruh pemangku kepentingan perlu bekerja keras untuk mencetak lebih banyak talenta digital yang siap menghadapi kebutuhan ekonomi digital.
"Gap ini diperkirakan akan terus berkembang, padahal pertumbuhan ekonomi digital menargetkan kontribusi Indonesia sebesar 40 persen dari total pertumbuhan ekonomi digital di Asia Tenggara pada tahun 2030," ujarnya.
Lebih lanjut Nezar Patria menyampaikan, kerja sama multisektor menjadi sangat penting terutama dalam memperkuat infrastruktur digital dan pengembangan talenta digital.
Gerakan "AI Merdeka" yang digagas oleh Lintasarta, Indosat Ooredoo Hutchison (IOH), dan NVidia diyakini menjadi langkah strategis untuk mengatasi masalah ini.
"Dengan memetakan ketersediaan talenta dan bekerja untuk menutup kekurangan yang ada, Indonesia dapat mempercepat pembentukan ekosistem digital yang lebih kuat dan lebih siap menjadi AI powerhouse secara global," jelas Wamenkomdigi Nezar Patria.