Fenomena Langka Akan Terjadi Malam Ini

Ilustrasi Bulan.
Sumber :
  • www.pixabay.com/Free-Photos/9199 images

Jakarta, VIVA – Laporan 'Fenomena Astronomi 2024' yang dikeluarkan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), fenomena alam pertama akan dimulai dari Bulan Baru (New Moon) yang terjadi pada Jumat hari ini, 1 November 2024.

Mensos Ungkap Fenomena Demotivasi di Masyarakat Akibat Ketergantungan Bansos

Bulan Baru atau New Moon merupakan salah satu fenomena astronomi yang terjadi awal bulan ini. Pada fase ini, posisi Bulan berada di antara Bumi dan Matahari, sehingga sisi Bulan yang berada dalam bayangan menghadap Bumi.

Fase Bulan Baru atau New Moon tidak dapat terlihat dengan kasat mata, sehingga memerlukan peralatan khusus, seperti teleskop. Fenomena ini juga menjadi penanda selesainya satu fase putaran Bulan mengelilingi Bumi.

Awal September Disambut Bulan Baru

Berdasarkan situs Time and Date, Bulan Baru atau New Moon akan terjadi pada pukul 07.47 AM EDT atau pukul 19.47 WIB. Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat atau NASA mengungkapkan, setidaknya ada delapan fase bulan yang terjadi, termasuk Bulan Baru atau New Moon:

1. Bulan Baru (New Moon)

Terpopuler: Asal Fenomena Gak Bisa Yura, Penanganan Kanker Saluran Cerna

Bulan berada di antara Bumi dan Matahari, dan sisi Bulan yang menghadap ke arah kita tidak menerima sinar Matahari langsung, hanya diterangi oleh sinar matahari redup yang dipantulkan dari Bumi.

2. Bulan Sabit Muda (Waxing Crescent)

Saat Bulan bergerak mengelilingi Bumi, sisi yang dapat kita lihat secara bertahap menjadi lebih terang karena sinar Matahari langsung.

3. Bulan Seperempat Pertama (First Quarter)

Bulan berada pada jarak 90 derajat dari Matahari di langit dan setengahnya diterangi dari sudut pandang kita. Kita menyebutnya "kuartal pertama" karena Bulan telah menempuh seperempat perjalanan mengelilingi Bumi sejak Bulan Baru.

4. Bulan Sabit Muda (Waxing Gibbous)

Fase ini disebut juga 'Bulan bungkuk yang membesar'. Area yang terkena cahaya terus bertambah, lebih dari setengah permukaan Bulan tampak terkena sinar Matahari.

5. Bulan Purnama (Full Moon)

Bulan berjarak 180 derajat dari Matahari dan sedekat mungkin dengan cahaya Matahari yang menyinarinya dari sudut pandang kita. Matahari, Bumi, dan bulan sejajar, tetapi karena orbit bulan tidak berada pada bidang yang sama persis dengan orbit Bumi mengelilingi Matahari, keduanya jarang membentuk garis yang sempurna.

Jika keduanya terbentuk, maka terjadilah gerhana Bulan karena bayangan Bumi melintasi permukaan Bulan.

6. Bulan Sabit Muda (Waning Gibbous)

Fase ini disebut juga 'Bulan bungkuk memudar'. Lebih dari separuh permukaan Bulan tampak mendapat sinar Matahari, tetapi jumlahnya berkurang.

7. Bulan Seperempat Ketiga (Third Quarter)

Disebut juga 'kuartal terakhir' di mana Bulan telah bergerak seperempat lagi mengelilingi Bumi, ke posisi kuartal ketiga. Cahaya Matahari kini menyinari separuh sisi lain dari permukaan Bulan yang tampak.

8. Bulan Sabit Muda (Waning Crescent)

Bisa disebut juga fase 'Bulan sabit memudar'. Kurang dari separuh permukaan Bulan tampak mendapat sinar matahari, dan jumlahnya berkurang.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya