Alien akan Punah akibat Kepanasan di Bumi

Lubang alien.
Sumber :
  • NOAA

Jakarta, VIVA – Pencarian kehidupan asing atau alien di alam semesta cenderung fokus pada lingkungan yang layak huni. Baru-baru ini, sebuah studi melaporkan kalau alien mungkin akan punah akibat perubahan iklim di Bumi.

Empat Kota RI Tempati Posisi Teratas Daerah Terpanas di Asia Tenggara pada Juni-Agustus

Suhu global rata-rata Bumi terus meningkat sejak revolusi industri pada 1760. Menurut Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA), Bumi telah memanas pada tingkat 0,06 derajat Celcius (0,11 derajat Fahrenheit) per dekade sejak 1850 – atau sekitar 1,11 derajat Celcius (2 derajat Fahrenheit) secara total.

Sejak 1982, kenaikan tahunan rata-rata telah mencapai 0,20 derajat Celcius (0,36 derajat Fahrenheit) per dekade, lebih dari tiga kali lebih cepat. Terlebih lagi, tren tersebut diproyeksikan akan meningkat antara 1,5 dan 2 derajat Celcius (2,7 hingga 3,6 derajat Fahrenheit) pada pertengahan abad.

BUMI Resources Raih 2 Penghargaan Bergengsi TOP GRC Awards 2024

Ini adalah akibat langsung dari pembakaran bahan bakar fosil, yang telah meningkat secara eksponensial sejak pertengahan abad ke-19. Bergantung pada tingkat peningkatan suhu, dampaknya terhadap kelayakhunian Bumi bisa sangat dahsyat.

Dalam sebuah penelitian baru-baru ini, mengutip situs Sciencealert, sekelompok ilmuwan meneliti bagaimana peningkatan suhu merupakan masalah jangka panjang yang dihadapi oleh peradaban maju dan bukan hanya masalah konsumsi bahan bakar fosil.

Upaya Menekan Emisi Karbon, Diskominfo Kaltim Ajak Warga Bakungan Aktif Jaga Hutan

Menurut mereka, peningkatan suhu Bumi bisa jadi merupakan hasil tak terelakkan dari pertumbuhan eksponensial konsumsi energi. Temuan mereka bisa memiliki implikasi serius bagi astrobiologi dan pencarian kecerdasan ekstraterestrial (SETI) atau alien.

Penelitian ini dilakukan oleh Amedeo Balbi, seorang Associate Professor Astronomi dan Astrofisika dari Universitas Roma Tor Vergata, dan Manasvi Lingam, seorang Asisten Profesor dari Departemen Dirgantara, Fisika dan Ilmu Antariksa serta Departemen Kimia dan Teknik Kimia dari Institut Teknologi Florida.

"Pemanasan yang dibahas dalam makalah kami merupakan hasil dari konversi bentuk energi apapun dan merupakan konsekuensi yang tak terelakkan dari hukum termodinamika," kata Balbi. Menurutnya, pemanasan yang melanda Bumi saat ini hanya mewakili sebagian kecil dari pemanasan yang disebabkan oleh efek rumah kaca antropogenik.

Namun, jika konsumsi energi global terus tumbuh pada tingkat seperti sekarang, maka efeknya dapat menjadi signifikan dalam beberapa abad ke depan, yang tentunya, berpotensi mempengaruhi kelayakhunian di Bumi.

Untuk menentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi peradaban maju untuk mencapai titik di mana mereka akan membuat planet asal mereka tidak dapat dihuni, Balbi dan Lingam menyusun model teoritis berdasarkan hukum kedua termodinamika.

Keduanya lalu menerapkannya pada kelayakhunian Bumi dengan mempertimbangkan zona layak huni sirkumsolar (CHZ) – orbit di mana sebuah planet akan menerima radiasi Matahari yang cukup untuk mempertahankan air cair di permukaannya.

Faktor kunci lain yang menjadi pertimbangan adalah tingkat pertumbuhan eksponensial peradaban dan konsumsi energi. Tren tersebut tidak hanya bersifat eksponensial tetapi juga semakin cepat seiring waktu. Mirip dengan pertumbuhan populasi pada periode yang sama (1 miliar pada 1800 menjadi 8 miliar di 2023).

Balbi dan Lingam mengekstrapolasi tren ini untuk mengukur implikasi terhadap kelayakhunian dan menentukan umur maksimum peradaban maju setelah memasuki periode pertumbuhan eksponensial.

Akhirnya, mereka menyimpulkan bahwa umur maksimum teknosfer adalah sekitar 1.000 tahun, asalkan mereka mengalami laju pertumbuhan tahunan sekitar satu persen sepanjang periode yang diteliti. Temuan-temuan ini, lanjut Balbi, memiliki implikasi bagi kemanusiaan dan SETI atau alien.

"Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa dampak panas buangan bisa menjadi substansial tidak hanya di masa depan Bumi tapi juga dalam pengembangan spesies teknologi hipotetis apapun yang menghuni planet-planet di sekitar bintang-bintang lain," tuturnya.

Oleh karena itu, mempertimbangkan kendala ini dapat mempengaruhi cara manusia mendekati pencarian kehidupan berteknologi maju di alam semesta, atau alien, dan cara manusia menafsirkan hasil pencarian tersebut.

Keduanya juga menekankan bagaimana hasil penelitiannya menyajikan beberapa rekomendasi yang memungkinkan untuk menghindari Bumi menjadi tidak layak huni. Tapi, sekali lagi, ada implikasi bagi makhluk berteknologi maju atau alien karena solusi apapun yang dapat dibayangkan kemungkinan besar sudah diterapkan oleh mereka.

"Peradaban yang cukup maju (alien) dapat menggunakan teknologi untuk menangkal pemanasan Bumi, seperti menggunakan perisai bintang," papar Balbi.

Site BUMI, PT Kaltim Prima Coal (KPC), Sangatta, Kalimantan Timur.

Konsistensi Bumi Resources Dorong Industri Dalam Negeri Tumbuh: 97 Persen Belanja dari Produk Lokal

PT Bumi Resources, Tbk (BUMI) berkomitmen mendorong pertumbuhan dan keberlanjutan industri dalam negeri.

img_title
VIVA.co.id
20 September 2024