Greenpeace Protes Rencana Pusat Data Facebook

Sumber :
  • collegebeing.com

VIVAnews - Baru kali ini Facebook musti berhadapan dengan organisasi lingkungan hidup Greenpeace. Hal ini terkait dengan rencana Facebook untuk mengoperasikan pusat data raksasa barunya.

Kolaborasi Strategis Pertumbuhan Global Berkelanjutan dalam HLF MSP dan Indonesia-Africa Forum 2024

Pusat data ini bahkan disebut-sebut sebagai pusat data tersentralisasi terbesar di dunia, yang rencananya akan berdiri di Portland. Oregon, Amerika Serikat. 

Seperti dikutip dari situs Guardian, pusat data ini memang dilengkapi dengan komputer yang mengkonsumsi energi paling efisien. Tapi, dengan jumlah penggunanya yang telah menembus 500 juta, dan aktivitas mereka yang begitu intens untuk menyimpan foto, streaming video, dan informasi-informasi lainnya, diperkirakan pusat data ini akan membutuhkan daya listrik yang lebih besar daripada negara-negara berkembang.

PGN dan Universitas Udayana Jaring Terobosan & Solusi Energi Hijau di Masa Transisi Energi

Kebutuhan pusat data bagi Facebook memang terus meningkat. Diperkirakan Facebook memiliki lebih dari 60 ribu server di seluruh dunia. Vice President of Technical Operations Facebook, Jonathan Heiliger memperkirakan, server Facebook musti bekerja dengan beban lebih dari 50 juta operasi per detik.

Nah, yang mengundang keprihatinan Greenpeace, pusat data baru Facebook nantinya bakal disuplai listrik dari pembangkit berbahan bakar batubara, yang dianggap sebagai pembangkit tenaga listrik yang paling 'kotor'.

Mendagri Tito Jamin Data Pemilih Pilkada 2024 Tak Bocor

Facebook bakal memperoleh pasokan listrik dari Pacific Power, yang 67 persen prosesnya menggunakan batubara, dan hanya kurang dari 12 persennya menggunakan pembangkitan listrik dari bahan yang bisa diperbaharui (renewable resources).

"Benar memang instalasi lokal yang kami pilih, Pacific Power, menggunakan kombinasi energi yang lebih banyak menggunakan batubara. Namun efisiensi yang kami lakukan karena didukung oleh iklim di wilayah tersebut dan penggunaan energi yang sedikit, sehingga menghasilkan jejak karbon keseluruhan yang bisa diminimalkan," kata Facebook melalui pernyataan resmi mereka, dikutip dari Guardian.

Oleh karenanya, Greenpeace meminta komitmen pendiri dan CEO Facebook, Mark Zuckerberg untuk menggantikan rencana penggunaan batubara dengan penggunaan bahan bakar yang bisa diperbarui.

Agar "Facebook bisa secara unik diposisikan sebagai perusahaan yang terdepan dan berpengaruh untuk mengarahkan penggunaan dari clean energy," kata Kumi Naidoo, Director Greenpeace International, dalam surat himbauan mereka kepada Facebook.

Hingga kini, Greenpeace mengklaim telah menghimpun 500 ribu orang yang juga meminta hal yang sama dari Facebook. Bagi yang ingin bergabung juga bisa mengunjungi laman Greenpeace di sini.

Keprihatinan Greenpeace memang beralasan. Diperkirakan, pertumbuhan kebutuhan pusat data dan jaringan telekomunikasi dunia akan mengkonsumsi listrik sebesar 1,963 triliun kilowatt hours pada 2020. Jumlah ini lebih dari tiga kali lipat dari listrik yang dikonsumsi oleh gabungan negara Perancis, Jerman, Kanada, dan Brazil.

Greenpeace sendiri mengakui, beberapa hosting situs webnya sempat dioperasikan oleh listrik dari bahan bakar batubara dan tenaga nuklir. Namun, belakangan Greenpeace telah menghentikannya dan menggantinya dengan bahan bakar yang bisa diperbarui, di mana server-servernya di Washington malah dipasok oleh listrik bertenaga angin. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya