Riset: Mayoritas Lansia Indonesia Mampu Identifikasi Hoax saat Pemilu 2024
- Istimewa
Jakarta, VIVA – Lanjut usia atau lansia merupakan salah satu kelompok rentan terpapar hoax di era digital, terlebih di saat pemilihan umum atau pemilu.
Seringkali lansia dianggap rendah literasi digital, namun riset tahun ini dari Tular Nalar menunjukkan sebaliknya dengan temuan baru.
Hoax paling sering ditemukan adalah mendiskreditkan lawan politik, klaim pencapaian, janji politik yang tidak realistis dan misinformasi mengenai hasil pemilu. Meski demikian, lansia tidak tinggal diam.
Sebanyak 91 persen berinisiatif membandingkan informasi dari beberapa sumber, 84 persen mencari rujukan untuk verifikasi, 79 persen memperingatkan orang lain, dan 57 persen melaporkan hoax yang mereka temui.
Mereka sering mengandalkan Google sebagai platform untuk menemukan data pendukung dan bukti kebenaran informasi.
Bukan itu saja. Sebanyak 81 persen responden menganggap televisi sebagai sumber informasi pemilu kredibel, sementara 79 persen mempercayai situs berita.
Dari sisi identifikasi hoax, meskipun responden belum pernah mendapatkan pelatihan tentang hoax, namun 62 persen mengaku menemukan hoax terkait pemilu dan mampu merespons, sedangkan 25 persen kesulitan dalam mengidentifikasi, bahkan 17 persen tidak yakin apakah mereka pernah menemukannya.
Lansia perempuan (79 persen) lebih percaya diri dalam mengenali serta menangani hoax dibandingkan lansia laki-laki (56 persen).
"Google aktif memastikan platform kami tidak digunakan untuk menyebarkan misinformasi, serta membantu pemilih membuat keputusan tepat berdasarkan informasi yang benar," kata Government Affairs and Public Policy Manager Google Indonesia Isya Hanum.
Penelitian Formatif Pemilih Lansia ini dilakukan oleh tim Love Frankie dan didukung oleh Google.org. Responden terdiri dari 361 pemilih lansia berusia 50-70 tahun dari berbagai wilayah serta beberapa kota di bagian tengah dan timur Indonesia awal tahun ini.
Pada 2023, Google.org, organisasi filantropi Google, memberikan bantuan sebesar US$2,5 juta kepada Mafindo untuk memperluas program Tular Nalar meningkatkan literasi digital dan kemampuan berpikir kritis di kalangan pemuda, lansia, dan pendidik Indonesia.
Program Tular Nalar menargetkan mengedukasi 1,6 juta masyarakat lewat 500 pelatihan Akademi Digital Lansia dan Sekolah Kebangsaan di 38 provinsi.
"Pada dasarnya, lansia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tetapi kurang kesadaran untuk berhati-hati terhadap hal buruk yang bisa terjadi," jelas Santi Indra Astuti, Program Manager Tular Nalar.
Peserta lansia, ungkap dia, yang telah mengikuti rangkaian Program Tular Nalar mengatakan bahwa edukasi literasi digital sangat bermanfaat dalam mengenali ciri-ciri dan memperluas wawasan agar terhindar dari hoax atau bahkan penipuan di platform digital.