Beda Latensi Satelit Berbasis LEO dan GEO

Ilustrasi satelit.
Sumber :
  • Pixabay

Jakarta, VIVA – Starlink, penyedia layanan internet satelit milik SpaceX, resmi menunjuk PT Primacom Interbuana (Primacom) sebagai authorized reseller untuk memperluas penetrasi di Indonesia.

Perang Internet di Planet Mars

Kerja sama ini dijalin guna membantu mengatasi ketidakmerataan akses internet, khususnya di daerah terpencil dan sulit dijangkau oleh infrastruktur kabel fiber optik.

Selama ini, pemerataan akses internet masih menjadi tantangan utama dalam transformasi digital. Kondisi Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau yang membentang luas adalah salah satu faktornya.

Ramalan Zodiak Jumat 8 November 2024, Leo: Kehidupan Percintaan Akan Berkembang Pesat

Layanan internet satelit Starlink merevolusi teknologi komunikasi satelit yang selama ini identik dengan antena parabola berukuran besar.

Selain itu, antena Starlink mudah dibawa dan dipasang di berbagai daerah, termasuk kawasan ekstrem dan sulit dijangkau seperti kawasan tambang, perkebunan, hingga tengah laut.

Apple Punya Satelit

Direktur Utama Primacom Kiki Harjadi menyampaikan bahwa Starlink menggunakan teknologi satelit terbaru berbasis low earth orbit (LEO/orbit rendah Bumi) yang dapat melengkapi layanan komunikasi satelit yang sudah Primacom miliki.

"Kerja sama ini menjadi langkah strategis untuk membantu masyarakat di seluruh penjuru Indonesia mendapatkan koneksi internet yang berkualitas, termasuk pelaku bisnis agar dapat beroperasi lebih optimal di kawasan mana pun," ujarnya.

Satelit Starlink.

Photo :

Layanan internet Starlink menggunakan konstelasi satelit LEO yang jaraknya sangat dekat dengan Bumi, sehingga dapat memberikan jaringan berkualitas dengan latensi rendah dan biaya yang lebih efisien.

Latensi merupakan jeda waktu pertukaran data dari satu titik ke titik lainnya.

Pada layanan satelit Starlink berbasis LEO, latensinya hanya ±50 millisecond. Itu karena beroperasi pada ketinggian 500 hingga 1.200 km dari permukaan Bumi.

Sebagai perbandingan, satelit berbasis geostasioner earth orbit (GEO/orbit geostasioner Bumi), latensinya dapat mencapai ±600 millisecond. Hal ini karena GEO berada di ketinggian 36 ribu km dari permukaan Bumi.

“Masyarakat yang tinggal di pedesaan maupun daerah terpencil lainnya juga berhak atas akses internet yang andal guna menunjang berbagai aktivitas bisnis, memungkinkan mereka terhubung dengan berbagai peluang baru tanpa dibatasi oleh kondisi geografis,” jelas Kiki.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya